JAKARTA, KOMPAS — Penyelundupan benih lobster kini meningkat tajam. Sejak awal 2018, Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama aparat bea cukai dan kepolisian telah menggagalkan 11 kali upaya penyelundupan benih lobster senilai Rp 33,19 miliar.
Sebanyak 33.400 ekor benih lobster senilai Rp 6,68 miliar yang akan diselundupkan ke Singapura lewat Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Banten, Selasa (6/2), kembali digagalkan KKP dan Bea Cukai. Modus penyelundupan ini, benih lobster dicampur dengan komoditas sayuran.
Kepala Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan (BKIPM) Rina mengemukakan, benih lobster itu disembunyikan dalam 12 boks sayur selada air dari total 30 boks sayuran yang akan diekspor. Benih yang dikemas dalam 167 kantong itu terindikasi berasal dari Pelabuhan Ratu dan Cilacap. Menurut rencana, benih lobster itu diangkut dengan penerbangan GA 824 ke Singapura. ”Benih lobster itu diduga akan diselundupkan ke Singapura untuk dikemas ulang, lalu dikirim ke Vietnam,” ujar Rina saat dihubungi.
Larangan ekspor benih lobster tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56 Tahun 2016. Aturan itu mensyaratkan penangkapan lobster minimal berukuran panjang karapas lebih dari 8 sentimeter atau berat di atas 200 gram.
Menurut Rina, beragam modus penyelundupan benih lobster dipakai untuk mengelabui aparat. Misalnya, benih lobster dicampur dengan komoditas ikan basah, baju anak, mainan anak, sayuran, ataupun perangkat komputer. Volume benih dalam setiap pengiriman cenderung sedikit agar tidak mencurigakan.
Sebagian benih diselundupkan dalam kargo atau koper, serta menggunakan jalur darat dan laut, dengan tujuan akhir Vietnam. ”Jaringan penyelundupan tersebar di banyak wilayah. Ada yang berperan sebagai pengepul, pengemasan, hingga pengiriman barang,” katanya.
Sejak awal 2018, tercatat 11 kasus penyelundupan lobster sudah digagalkan, antara lain tersebar di Jakarta, Banten, Jawa Timur, Bali, Jambi, dan Nusa Tenggara Barat. Jumlah benih yang diselamatkan sebanyak 165.965 ekor. Kasus itu kini disidik oleh kepolisian terkait.
Meningkat tajam
Kepala Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Surabaya I Putu Sumardiana membenarkan, upaya penyelundupan benih lobster dari Jawa Timur meningkat tajam sejak dua tahun terakhir.
Ia menjelaskan, selama 2016 hanya empat kasus penyelundupan lobster yang terjadi di wilayahnya. Namun, jumlah itu meningkat tajam menjadi 28 kasus atau naik 700 persen sepanjang 2017.
”Tren kenaikan kasus penyelundupan benih lobster ini tampaknya terus berlanjut,” ujar Putu, Selasa, di Sidoarjo.
Penyebab utama maraknya penyelundupan benih lobster adalah harga jual tinggi di luar negeri. Sebagai gambaran, harga lobster jenis mutiara di daerah penghasil hanya Rp 20.000 – Rp 25.000 per ekor. Namun, harga benih lobster itu di pasar Singapura mencapai Rp 150.000 per ekor.
Benih lobster asal Jatim dihasilkan oleh nelayan dengan cara menangkapnya di laut. Daerah penghasil benih lobster terbanyak adalah Banyuwangi, Jember, Malang, Trenggalek, dan Pacitan. Harganya yang tinggi, menggiurkan para nelayan untuk memburunya.
Perburuan benih lobster ini dibiayai oleh bandar karena memerlukan modal besar untuk membeli alat tangkapnya. Lobster yang berhasil ditangkap oleh nelayan dijual ke pengepul. Setelah terkumpul dalam jumlah besar, pengepul baru mengirimkannya ke Surabaya.
Dari Surabaya atau daerah di sekitarnya, lobster baru dikirim ke luar negeri. Terkadang juga dikirim dulu ke Batam baru ke luar negeri. Pengiriman benih lobster ini menggunakan beragam cara. Bisa melalui terminal kargo atau lewat terminal penumpang di Bandara Juanda, Surabaya.
Pengiriman lewat terminal kargo dikemas dalam bentuk paket barang. Pengiriman ini menyulitkan petugas melacak asal barang atau identitas pengirim karena alamat yang tertera di paket biasanya telah dipalsukan. Adapun pengiriman melalui terminal penumpang biasanya dikemas dalam bentuk barang bawaan.
Kepala Seksi Pengawasan, Pengendalian dan Informasi BKIPM Kelas I Surabaya I Wiwit Supriyono menambahkan lobster mutiara dari Jatim dikenal memiliki kualitas bagus sehingga banyak diminati oleh pedagang di Singapura. Selanjutnya, benih itu dibawa dari Singapura ke Vietnam untuk dibudidayakan hingga layak konsumsi. Oleh karena itulah Vietnam dikenal sebagai pengekspor lobster di dunia. (LKT/NIK)