JAKARTA, KOMPAS — Bank Mandiri membukukan laba bersih Rp 20,6 triliun atau tumbuh 49,5 persen dibandingkan akhir 2016. Kinerja bank dengan aset perseroan Rp 1.124,7 triliun itu ditopang peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 0,6 persen menjadi Rp 54,8 triliun dan pendapatan atas jasa sebesar 16,4 persen menjadi Rp 23,3 triliun.
Di tengah upaya menurunkan rasio kredit bermasalah (NPL), penyaluran kredit Bank Mandiri tumbuh 10,2 persen menjadi Rp 729,5 triliun. Kontribusi terhadap pembiayaan produktif sebesar 74,7 persen dari total portofolio kredit.
Bank Mandiri juga mampu menekan NPL gross dari 4 persen pada 2016 menjadi 3,46 persen pada 2017. Hal itu memangkas alokasi pencadangan perseroan untuk mengatasi kredit bermasalah dari Rp 24,6 triliun pada 2017 menjadi Rp 16,0 triliun pada tahun ini.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (6/2), mengatakan, menekan NPL masih menjadi pekerjaan rumah Bank Mandiri. Setidaknya butuh waktu 1-2 tahun ke depan untuk menyelesaikan kredit bermasalah. ”Tahun ini, kami menargetkan NPL gross dapat turun menjadi 2,6-2,8 persen. Kami berusaha melalui restrukturisasi kredit dan memutihkan kredit melalui penjualan aset debitor atau mengalihkannya ke investor,” ujarnya.
Pertumbuhan kredit pada 2017 ditopang terutama dari segmen korporasi. Pembiayaan di segmen itu selama 2017 mencapai Rp 264,2 triliun atau naik 14,7 persen dari 2016.
Direktur Treasury Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengemukakan, hal itu tidak terlepas dari penyaluran kredit di sektor infrastruktur. Pembiayaan ke sektor itu sebesar Rp 141 triliun atau 58,7 persen dari total komitmen yang telah diberikan sebesar Rp 240,1 triliun. ”Kredit tersebut disalurkan untuk 8 sektor utama, yakni transportasi Rp 31,3 triliun, tenaga listrik Rp 31,3 triliun, migas dan energi terbarukan Rp 18,4 triliun, konstruksi Rp 15,5 triliun, perumahan rakyat dan fasilitas kota Rp 10,6 triliun, telematika Rp 9,3 triliun, jalan Rp 7,6 triliun, dan sektor lainnya Rp 10,8 triliun,” ujarnya.
Tantangan
Selain memperbaiki kualitas kredit, tahun ini Bank Mandiri dihadapkan pada tantangan penurunan suku bunga. Penurunan suku bunga tahun lalu berdampak pada penurunan pendapatan bunga bersih 0,57 persen menjadi 5,87 persen. ”Kami menargetkan pertumbuhan laba 10-20 persen dengan prediksi NIM tetap stagnan hingga akhir tahun ini. Biaya kredit yang semula 2,2-2,3 persen pada 2017 akan diturunkan sedikit menjadi 2 persen agar ada ruang pertumbuhan laba,” kata Darmawan.
Dari sisi penyaluran kredit, lanjut Kartika, Bank Mandiri masih akan fokus di segmen korporasi. Sektornya adalah infrastruktur, perkebunan, dan komoditas ekspor yang harganya membaik, seperti batubara.
Secara terpisah, analis PT Bahana Sekuritas, Andrew Franklin Hotama, mengatakan, ada proyeksi kenaikan harga komoditas global, termasuk batubara, dari tahun lalu hingga sekarang. Harga batubara kemungkinan sedikit terkontraksi karena kebijakan Pemerintah China tentang energi terbarukan. ”Pada tahun ini, harga rata-rata batubara diperkirakan pada kisaran 75 dollar AS per ton. Tahun lalu, harganya sempat di atas 100 dollar AS per ton dengan harga rata-rata, menurut Newcastle benchmark sepanjang 2017, sekitar 88 dollar AS per ton,” ujarnya. (HEN)