JAKARTA, KOMPAS — Rata-rata waktu pemakaian telepon seluler pintar di Indonesia relatif mengalami kenaikan. Salah satu faktor yang memengaruhi adalah produk keluaran terbaru belum banyak menampilkan pembaruan fitur teknologi dibanding sebelumnya.
Associate Market Analyst International Data Corporation (IDC) Indonesia Risky Febrian, Rabu (7/2), di Jakarta, mengatakan, pihaknya melakukan survei pemakaian gawai pada 2017 di tujuh kota tier pertama, antara lain di Jawa Barat, Jatim, dan Jateng. Hasilnya, rata-rata waktu pemakaian ponsel pintar di Indonesia sekitar 2,2 tahun. Setelah itu, konsumen baru mengganti. Pada 2016, survei yang sama menemukan rata-rata waktu pemakaian adalah 2,02 tahun, kemudian warga baru mengganti ponsel pintarnya.
Menurut dia, era pembelian ponsel pintar segmen bawah atau biasa disebut ponsel pintar pertama yang marak terjadi sejak 2014 kini mulai berangsur surut. Mereka mencari ponsel pintar dengan spesifikasi ataupun fitur teknologi lebih baik untuk mengganti ponsel pintar lama mereka.
Tren yang terjadi adalah kemampuan warga membeli ponsel pintar bergeser dari kelas bawah ke menengah. Pada triwulan III-2017, lanjut Risky, tren perpindahan ke ponsel kelas menengah sudah 32 persen. ”Sampai ada pembaruan teknologi yang relatif revolusioner,” ujarnya.
Dia menambahkan, inovasi teknologi hingga sekarang masih lebih banyak terjadi di segmen atas atau premium. Inovasi baru membutuhkan riset dan pengembangan yang memakan waktu lama serta investasi besar. Marginnya juga tinggi guna menutup biaya riset dan pengembangan.
Dari sisi industri, Sekretaris Jenderal Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI) Ina Hutasoit berpandangan, pihaknya belum melihat kecenderungan peningkatan signifikan waktu pemakaian ponsel pintar di Indonesia. Waktu pemakaian ponsel pintar segmen bawah dan menengah masih berkisar di bawah dua tahun.
”Barangkali tren pemakaian lebih lama terjadi pada pengguna ponsel pintar segmen atas (high end). Penyebabnya, fitur ponsel pintar segmen itu makin andal. Produk keluaran terbaru tidak terlalu banyak menampilkan fitur berbeda, tetapi peminatnya tetap ada,” kata Ina.
Sementara itu, Head of Information Technology and Mobile Product Marketing Samsung Electronics Indonesia Denny Galant berpendapat, pasar ponsel pintar di Indonesia masih bertumbuh. Hal ini karena konsumen nonponsel pintar mulai beralih ke ponsel pintar. (MED)