Sebanyak 14,04 juta wisatawan asing berkunjung ke Indonesia tahun lalu. Jika bicara tentang pertumbuhan, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada 2017 itu meningkat 21,88 persen dibandingkan dengan 2016. Pada 2016, wisatawan asing yang datang ke Indonesia mencapai 11,52 juta kunjungan.
Namun, jika berbicara tentang target, angka 14,04 juta kunjungan ini tak mencapai target. Tahun 2017, pemerintah menargetkan 15 juta wisatawan asing datang ke Indonesia. Target yang tak tercapai itu, antara lain, karena kunjungan wisatawan ke Bali yang merosot akibat erupsi Gunung Agung.
Berkurangnya jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Bali berdampak signifikan terhadap keseluruhan kunjungan wisman. Sebab, Bali masih menjadi pintu masuk utama wisman ke Indonesia selain Jakarta dan Batam.
Target yang ditetapkan tentu sudah memperhitungkan banyak hal. Tidak ada istilah sembarangan menyusun dan menentukan target. Oleh karena itu, jika target tak tercapai, semestinya segera ada evaluasi. Dengan demikian, hal-hal yang masih kurang baik bisa diperbaiki. Jika ada cara-cara yang mungkin sudah kuno, hal itu bisa diperbarui sehingga sesuai dengan kondisi terkini. Adapun langkah yang sudah memberikan hasil optimal bisa dilanjutkan dengan lebih agresif agar hasilnya berkelanjutan.
Semua upaya untuk meningkatkan magnet pariwisata Indonesia perlu dilakukan. Sebab, target tahun ini lebih tinggi lagi, yakni 17 juta kunjungan wisman. Tahun 2019, target bertambah menjadi 20 juta kunjungan wisman dengan target devisa dari sektor pariwisata sebesar 20 miliar dollar AS.
Sektor pariwisata merupakan sektor dengan kontribusi cukup cepat dan signifikan terhadap perekonomian. Selain sumbangan devisa, sektor ini juga memberikan dampak berganda, di antaranya menyerap tenaga kerja serta menggerakkan usaha mikro, kecil, dan menengah.
Selain itu, sektor ini juga memengaruhi neraca pembayaran Indonesia, khususnya transaksi berjalan. Perjalanan wisatawan yang berdampak pada penambahan dan pengurangan devisa negara dicatat dalam neraca jasa sebagai bagian dari transaksi berjalan.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), neraca jasa perjalanan Indonesia pada 2017 surplus 4,231 miliar dollar AS. Angka ini diperoleh dari jasa perjalanan ekspor, yakni biaya perjalanan wisman ke Indonesia dan pengeluaran mereka selama di Indonesia, dikurangi jasa perjalanan impor, yakni biaya perjalanan wisatawan nasional ke luar negeri dan pengeluaran mereka selama di luar negeri.
Data BI menyebutkan, sepanjang 2017, sebanyak 9,077 juta orang Indonesia bepergian ke luar negeri dengan total pengeluaran 8,289 miliar dollar AS. Sebaliknya, pengeluaran wisman pada 2017 mencapai 12,52 miliar dollar AS.
Jika dilihat perbandingannya, surplus neraca jasa perjalanan 2017 lebih tinggi dari 2016 yang sebesar 3,639 miliar dollar AS dan tahun 2015 yang sebesar 3,469 miliar dollar AS. Dengan kata lain, jasa perjalanan yang kita terima semakin membaik.
Meski demikian, patut dicermati kecenderungan wisatawan nusantara untuk bepergian ke luar negeri yang semakin meningkat. Pada 2016, sebanyak 8,509 juta orang Indonesia pergi ke luar negeri. Jumlah ini meningkat daripada tahun 2015 yang sebanyak 8,345 juta orang. Jika diasumsikan besaran pengeluaran per orang tetap, jasa perjalanan impor akan membesar. Hal ini berpotensi menggerus surplus neraca jasa perjalanan.
Menjaga surplus neraca jasa perjalanan bisa dilakukan dengan memperbesar jasa perjalanan ekspor. Caranya, mendorong wisman agar memperbesar pengeluaran mereka selama di Indonesia. Tentu saja perlu upaya ekstra untuk mewujudkan hal itu. (DEWI INDRIASTUTI)