JAKARTA, KOMPAS — Keberhasilan sebuah korporasi sangat ditentukan oleh budaya yang dikembangkan di korporasi itu. Budaya menjadi elemen inti dari organisasi atau korporasi.
”Tidak cukup hanya mengandalkan strategi, proses bisnis, dan program kerja. Tanpa adanya budaya, semua upaya itu tak akan berhasil,” kata mantan direksi Jamsostek dan BPJS Ketenagakerjaan Amri Yusuf pada peluncuran buku Budaya Korporasi, Elemen Fundamental Transformasi Korporasi di Jakarta, pekan lalu. Amri adalah penulis buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas ini.
Budaya adalah nilai-nilai bersama yang dipraktikkan dalam kehidupan organisasi atau korporasi. Budaya korporasi berperan menentukan agar bisa berkinerja konsisten dan mampu bertahan dalam jangka panjang.
Budaya korporasi perlu dibentuk dari atas. ”Sinyal dari pemimpin memegang peranan penting. Kalau kelakuan pemimpin tidak sesuai dengan budaya yang akan dibangun, anak buah tidak akan mengikuti,” kata Amri.
Budaya perusahaan juga butuh waktu lama untuk dibangun, bahkan lintas generasi. Pemimpin pengganti harus meneruskan budaya yang telah disepakati sebelumnya. ”Pembentukan budaya membutuhkan disiplin dan konsistensi. Budaya itu tidak hanya dibangun dari cerita, tetapi juga harus dibangun dengan sistem. Kemudian dilakukan penilaian periodik untuk melihat apa saja yang harus dievaluasi. Terakhir, budaya korporasi harus adaptif dengan kondisi yang berkembang,” ujar Amri.
Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia yang juga mantan Dirut PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Zulkifli Zaini mengatakan, keberhasilan Bank Mandiri menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia juga karena budaya korporasi yang ditanamkan. Hal itu mengantar keberhasilan perseroan bertransformasi.
Menurut Zulkifli, transformasi harus terus dilakukan karena lingkungan bisnis berubah. ”Kita harus menggunakan cara yang berbeda untuk mendapat hasil berbeda. Perusahaan sebaik apa pun selalu ada ruang untuk perbaikan. Jangan pernah betah berada di zona nyaman,” ujar Zulkifli. (ARN)