Demi Bertemu Presiden, Pekerja Padat Karya Pakai ”Make Up”
Oleh
Angger Putranto
·3 menit baca
GOWA, KOMPAS — Sebanyak 300 orang terlibat dalam program padat karya berupa pembangunan irigasi tersier dan jalan produksi di Desa Panyangkalang, Kabupaten Gowa. Beberapa perempuan pekerja tampak tampil dengan make up demi bertemu Presiden Joko Widodo.
Program padat karya yang dikunjungi Presiden Joko Widodo, Kamis (15/2), terletak di Desa Panyangkalang, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Kedatangan Presiden membuat warga antusias. Warga yang sebelumnya tidak ikut program padat karya mau ikut program padat karya demi bertemu Presiden. ”Saya baru hari ini ikut. Tidak dibayar tidak masalah, yang penting bisa bertemu Pak Jokowi,” ujar Hendri, salah satu warga Bajeng.
Berbeda dengan Hendri, Nurbaya (45), yang sudah tiga hari ikut program padat karya, hari ini tampil berbeda. Ia bekerja dengan riasan dan cincin.
Bedak membuat wajah Nurbaya tampak lebih putih dari kulit tangannya. Bibirnya juga tampak merah merona karena bilasan lipstik.
Tak hanya itu, di jari manis sebelah kiri tersemat cincin. Hari itu, Nurbaya sengaja berdandan untuk tampil cantik, padahal ia harus turun ke sawah dan menata batu untuk saluran irigasi program padat karya tunai.
”Saya sudah tiga hari kerja di sini. Hanya hari ini saya pakai lipstik dan bedak. Biasanya tidak pakai make up, hanya karena mau bertemu Pak Jokowi saya pakai make up,” ujarnya.
Hal serupa dialami Rahmawati daeng Nining (27) dan Saharia daeng Ngintang (60). Bagi mereka, tak masalah harus turun ke sawah kendati tampil dengan riasan.
”Mau ketemu Bapak Presiden eee... Nakke (saya) harus tampil cantik karena mau jamak-jamak (bersalam-salaman) dengan Presiden,” kata Nining.
Hendri, Rahmawati, Nining, dan Ngintang merupakan bagian kecil dari 300 pekerja peserta program padat karya yang menggarap proyek irigasi tersier dan jalan produksi di Desa Panyangkalang, Kecamaan Bajeng, Gowa. Proyek tersebut dikomandoi oleh Zainudin Matutu, Ketua Induk Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) Bisuah.
”Ada 150 orang yang mengerjakan irigasi tersier sepanjang 581 meter dan 150 orang lain mengerjalan pembangunan jalan produksi sepanjang 1.120 meter. Kami semua yang bekerja di sini merupakan petani dan buruh petani,” ujar Zainudin.
Para petani, lanjut Zainuddin, sudah tiga hari mengerjakan proyek padat karya tersebut. Mereka bekerja dari pukul 08.00 Wita hingga 16.00 Wita.
Para petani mendapat upah Rp 125.000 per hari untuk tukang dan Rp 80.000 untuk buruh. Upah tersebut akan dibayarkan per minggu. Pekerjaan tersebut ditargetkan rampung dalam 50 hari kerja.
”Pendapatan dari padat karya merupakan penghasilan tambahan saat sedang tidak ada banyak aktivitas di sawah. Kalaupun ada aktivitas, juga tidak membutuhkan banyak orang. Saat ini sawah seluas 653,35 hektar seluruhnya sudah ditanami. Petani hanya disibukkan perawatan yang dilakukan lima hari sekali,” ungkap Zainudin.
Sebelum ada program padat karya, lanjut Zainudin, para petani biasa kerja serabutan. Tak jarang para petani pergi ke kota Makassar yang berjarak 23 kilometer untuk bekerja sebagai buruh bangunan.
Dengan adanya program padat karya, para petani Bajeng bisa mendapat pengahsilan tambahan tanpa harus meninggalkan desanya. Tak hanya itu, fasilitas pertanian mereka juga menjadi lebih baik sehingga produksi pertanian bisa lebih optimal.