Litbang Kemenperin Jalin Kerja Sama dengan Perusahaan Rintisan
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian menjalin kerja sama dengan perusahaan rintisan asal Salatiga, Jawa Tengah, DTECH, untuk mengembangkan teknologi logam.
Kerja sama ini dilakukan untuk menyiapkan sektor industri agar siap bersaing dalam revolusi industri keempat atau industri 4.0.
Dalam siaran pers yang diterima Kompas, Kamis (15/2), Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ngangkan Timur menjelaskan, kerja sama itu memungkinkan DTECH untuk bisa menggunakan sumber daya dari Kemenperin.
Perusahaan rintisan DTECH ini akan bekerja sama dengan Balai Besar Logam dan Mekanika yang berada di bawah BPPI.
Sebab, bidang usaha DTECH berkecimpung di insinyur mekanika dan produk desain yang menghasilkan produk seperti sasis mobil dan ultra light aircraft.
”Kolaborasi lembaga litbang dan perusahaan rintisan menjadi kata kunci agar talenta-talenta muda yang merupakan aset bangsa mendapatkan kesempatan untuk masuk dalam global value chain dan mampu bersaing di tingkat internasional,” kata Ngangkan Timur.
Dengan kerja sama ini, diharapkan BPPI dan DTECH dapat bertukar pengalaman dan teknologi sehingga menguntungkan kedua belah pihak.
Sinergi antara pemerintah dan perusahaan rintisan perlu terus dilakukan agar bersiap menghadapi revolusi industri keempat atau industri 4.0.
Industri 4.0
Klaus Schwab, pendiri Forum Ekonomi Dunia (WEF), dalam bukunya yang berjudul The Fourth Industrial Revolution (2016) menjelaskan, revolusi industri keempat adalah fenomena di mana peran digital dan otomasi robot terus menguat menumbangkan bisnis konvensional dan bahkan menggantikan peran tenaga manusia.
Fase revolusi industri keempat ditandai dengan disrupsi digital di mana makin berkembangnya kecerdasan buatan, penggunaan robot, berkembangnya aplikasi ponsel dan teknologi, hingga perkembangan bioteknologi.
Selain itu, revolusi industri keempat ini juga sering kali disebut internet of things (IoT). Jadi, IoT merupakan sebuah konsep di mana suatu obyek yang memiliki kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer.
Revolusi industri keempat merupakan kelanjutan dari tiga revolusi industri sebelumnya.
Revolusi industri pertama ditandai dengan penemuan mesin uap, revolusi industri kedua ditandai dengan penemuan listrik, dan revolusi industri ketiga ditandai dengan mulai digunakannya pemanfaatan robot untuk menggantikan tenaga manusia.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika menghadiri Forum Ekonomi Dunia 2018 di Davos, Swiss, beberapa waktu lalu, menyatakan, Pemerintah Indonesia tengah fokus menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak untuk bersinergi menumbuhkan usaha rintisan (startup) yang bisa menjadi unicorn di Indonesia.
”Jadi, ada program link and match untuk entrepreneur dengan startup,” ujarnya.
Mengenai pengembangan inovasi di Indonesia dalam menghadapi industri 4.0, Menteri Perindustrian memaparkan, sistem revolusi industri keempat ini telah berjalan di sejumlah manufaktur nasional skala besar, seperti sektor otomotif serta makanan dan minuman.
”Untuk kelas IKM (industri kecil dan menengah), kami telah meluncurkan program e-Smart IKM,” lanjutnya.
Pemerintah memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020 dengan menargetkan 1.000 technopreneur, valuasi bisnis mencapai 100 miliar dollar AS, dan total nilai e-commerce sebesar 130 miliar dollar AS.
”Backbone-nya research center yang aplikatif, seperti technopark,” ujar Airlangga.