Perusahaan itu berdiri pada 2013 di Pasuruan, Jawa Timur, dengan merek produk Ladang Lima. Ladang Lima menunjukkan lima jari daun dan kebaikan dalam singkong. Singkong merupakan material pertama yang diolah Annisa dan Raka menjadi tepung singkong bebas gluten. Kelima kebaikan yang dimaksud adalah bahan natural, kaya serat, zat besi, rendah gula, dan bebas gluten. Ladang berarti tanaman singkong tumbuh di ladang.
”Jawa Timur mempunyai potensi singkong, tetapi lebih banyak diolah sebagai pangan rebus, keripik, tape, dan tiwul. Kalaupun ada yang mengolahnya menjadi tepung, pamornya kalah dari tepung terigu,” ujar Annisa yang ditemui di sela peluncuran Bekraf Food Start Up 2018, beberapa waktu lalu, di Jakarta.
Tepung singkong bebas gluten menjadi produk pertama Ladang Lima. Latar belakang bekerja di industri komunikasi pemasaran dan pencitraan merek berdampak positif bagi pengembangan Ladang Lima. Annisa dan Raka mencitrakan ulang tepung singkong bebas gluten sebagai bahan pangan sehat.
Semua proses produksi dilakukan secara manual. Singkong dibeli dari petani-petani sekitar, sementara produksi dilakukan oleh ibu-ibu dan perempuan. Volume produksi per bulan pada tahun 2013 sekitar 3 ton. ”Bebas gluten membuat metabolisme tubuh manusia lebih bagus,” kata Annisa.
Tepung singkong bebas gluten Ladang Lima sudah diuji coba di Sucofindo dan universitas. Konten pemasaran selalu menyasar pada pentingnya makan makanan berbahan dasar natural dan sehat. Agung Bumi Agro mengelola ladang tanaman singkong seluas 100 hektar di Pasuruan. Pada 2014-2015, perusahaan mulai membeli peralatan mesin pengolahan tepung sehingga produksi yang semula manual beralih menjadi manufaktur kecil menengah. Sejak itu, volume produksi tepung meningkat sampai 50 ton per bulan.
Varian produk
Inovasi produk dimulai pada 2015. Agung Bumi Agro memproduksi mi sayur. Bahan dasar dominan diambil dari tepung singkong bebas gluten. Sisanya memakai tepung terigu. Material sayur berasal dari mitra petani organik. Varian pertama adalah mi sayur basil. Berikutnya, yaitu mi sayur bayam merah, sayur tomat, dan sayur buncis. Belakang, ada varian mi sayur daun kelor.
Pada tahun 2016, Agung Bumi Agro memperkenalkan produk baru lagi ke pasar, yaitu cookies. Bahannya memakai tepung singkong bebas gluten. Proses produksi dilakukan di kantor/pabrik di Surabaya. Pekerjanya adalah ibu-ibu dan perempuan muda di sekitar lingkungan mereka.
Annisa dan Raka mengaku strategi inovasi mi sayur dan cookies bertujuan meningkatkan penetrasi pasar Ladang Lima. Di sisi lain, keduanya menyadari tidak semua perempuan suka masak. Lebih banyak perempuan senang makan.
Mereka juga mengadopsi konsep zero waste. Semua bagian tanaman singkong diusahakan jangan menyisakan limbah. Kulit singkong, misalnya, bisa dikeringkan dan menjadi pakan ternak. Air bekas rendaman untuk membuat tepung dipakai untuk pupuk cair.
Agung Bumi Agro menerapkan pembayaran upah yang adil kepada mitra petani dan 30 orang ibu/perempuan yang bekerja mengupas kulit singkong. Pada Oktober 2017, Agung Bumi Agro terpilih sebagai penerima dana investasi 25.000 dollar AS di anugerah Investing in Women.
Anugerah ini diprakarsai Pemerintah Australia dan Kinara Indonesia yang fokus pada pengembangan pelanggan, tim, perbaikan produk, dan keuangan. Selain Agung Bumi Agro, masih ada tiga perusahaan lainnya. Keempatnya dilatih oleh mentor.
Penjualan mengandalkan metode reseller. Saat ini, total terdapat 350 jaringan reseller di seluruh dunia. Rata-rata berbentuk toko dalam jaringan. Perusahaan juara kedua Bekraf Food Start Up 2017 ini juga memasarkan produk supermarket modern, seperti Ranch Market dan Papaya. Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan konsumen makanan sehat di perkotaan besar.