JAKARTA, KOMPAS — Peranan gas alam cair di dalam negeri kian penting, terutama untuk memasok kebutuhan energi sektor industri. Sumur gas yang kian terbatas dan berlokasi di laut lepas mengharuskan pemerintah memperkuat infrastruktur gas di dalam negeri. Apalagi, industri di dalam negeri masih banyak terbelit masalah harga gas.
Gas alam cair (LNG) merupakan gas bumi yang didinginkan pada suhu tertentu sehingga berbentuk cairan yang mudah diangkut atau dipindahkan. Namun, LNG perlu diubah lagi melalui proses regasifikasi agar dapat dimanfaatkan konsumen tingkat akhir. Selama proses itu, timbul penambahan biaya, seperti pengangkutan, regasifikasi, dan distribusi.
”Sudah saatnya pemanfaatan LNG dioptimalkan mengingat harga bahan bakar solar kian mahal untuk industri. Istilahnya, sudah wajib bagi industri dalam negeri untuk memanfaatkan LNG,” kata Wakil Ketua Komite Industri Hulu dan Petrokimia pada Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Achmad Widjaja saat dihubungi Jumat (16/2), di Jakarta.
Menurut Achmad, sudah banyak sumur gas di Indonesia yang mulai habis masa produksinya. Sementara itu, belum banyak sumur gas baru ditemukan, selain sumur gas di Blok Masela, Maluku, yang sejauh ini masih dalam tahap perencanaan pengembangan. Pemanfaatan gas Blok Tangguh di Papua Barat juga belum optimal.
”Tata kelola gas harus segera diperbaiki, baik dalam hal infrastruktur maupun harga gas. Industri belum sepenuhnya menikmati janji pemerintah yang akan menurunkan harga gas,” kata Achmad.
Alokasi gas untuk kebutuhan di dalam negeri terus meningkat. Dari realisasi produksi siap jual gas pada 2017 sebanyak 1,14 juta barrel setara minyak per hari, sekitar 60,6 persen dipasok ke pasar dalam negeri, sisanya diekspor. Realisasi serapan gas domestik tahun lalu sebanyak 59 persen dan target tahun ini dipatok 61 persen.
Infastruktur di Papua
Dalam keterangan resmi, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk bermitra dengan PT Papua Doberai Mandiri guna mengembangkan jaringan pipa gas di Papua. Papua Doberai Mandiri merupakan badan usaha milik Pemerintah Provinsi Papua. Perusahaan ini ditunjuk untuk mengembangkan pemanfaatan LNG.
Penandatanganan kerja sama antara PGN dengan Papua Doberai Mandiri dilaksanakan Kamis (15/2) di Jakarta. Dalam kerja sama itu, selain memanfaatkan sumber gas di wilayah Papua, kedua pihak bersepakat membangun infrastruktur gas, pembangkit listrik tenaga gas, maupun infrastruktur pendukung lainnya.
”Kerja sama ini tidak hanya melibatkan PGN, tetapi juga melibatkan anak usaha PGN yang bergerak di sektor stasiun pengisian bahan bakar gas, penyediaan layanan telekomunikasi berbasis kabel serat optik, maupun jasa pengelolaan properti,” kata Direktur Komersial PGN Danny Praditya.
Direktur Utama PT Papua Doberai Mandiri Bambang Heriawan Soesanto menambahkan, kerja sama itu diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan gas di Papua. Dengan demikian, masyarakat Papua bakal makin mudah mengakses sumber energi, khususnya gas.
Sejauh ini, PGN telah membangun jaringan gas pipa untuk memasok kebutuhan gas rumah tangga, yaitu di Kabupaten Sorong, Papua Barat. Pasokan gas itu melayani 3.989 rumah tangga yang terbagi di lima kelurahan. Selama ini, di Papua, belum terjangkau program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kilogram. (APO)