JAKARTA, KOMPAS — Tren suku bunga rendah dunia berakhir tahun ini. Kondisi itu akan berdampak kepada negara-negara berkembang. Di Indonesia, penurunan suku bunga kredit diperkirakan akan semakin melambat.
Kendati begitu, Bank Indonesia berkomitmen menjaga tren penurunan suku bunga di dalam negeri menjadi satu angka terus berlanjut. Salah satu upayanya adalah mengeluarkan kebijakan makroprudensial berbasis likuiditas dan menyempurnakan rasio kredit terhadap agunan (LTV) berdasarkan jenis properti.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/2), mengatakan, Bank Sentral AS, The Fed, diperkirakan akan tiga kali menaikkan suku bunga acuan (FFR) pada Maret, Juni, dan Desember 2018. Namun, dari hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), FFR ada kemungkinan akan dinaikkan empat kali.
Hal itu akan berpengaruh pada berbagai bank sentral di negara maju untuk meningkatkan suku bunga acuan. Ke depan, ini akan berdampak pada perekonomian dan kebijakan fiskal negara-negara berkembang. ”Indonesia sudah tidak lagi berada pada era suku bunga murah global. Era itu sudah terjadi pada 2009-2015. Kendati begitu, stance kami tetap netral dan terus mendorong suku bunga di dalam negeri turun,” ujarnya.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 Februari 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 4,25 persen. RDG BI juga mempertahankan suku bunga deposit facility 3,5 persen dan lending facility 5 persen. Keputusan itu berlaku efektif sejak 19 Februari 2018.
Arus modal
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira Adhinegara, Jumat (16/2), mengatakan, mulai 2018, hampir semua bank sentral negara maju akan masuk pada era pengetatan moneter. The Fed dan Bank Sentral Eropa (ECB) akan menaikkan suku bunga acuannya dan menormalisasi neraca. ”Hal itu akan berpangaruh pada likuiditas global. Tekanan moneter global ini akan memengaruhi arus modal masuk ke negara berkembang seperti Indonesia,” ujarnya.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo meyakini, transmisi kebijakan moneter dan makroprudensial BI terus berlanjut. Perbankan masih bisa menurunkan suku bunga karena pergerakan penurunan bunga perbankan belum sebesar penurunan bunga acuan BI. Per akhir tahun lalu, suku bunga pinjaman sektor konsumsi masih 12,54 persen, investasi 10,51 persen, dan kredit modal 10,75 persen. BI berharap agar suku bunga perbankan bisa satu angka. (HEN)