JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memfokuskan upaya peningkatan investasi di sektor industri dan ekspor. Di sisi lain, kalangan industri meminta dukungan dalam berinvestasi untuk menggarap pasar domestik dan ekspor.
Demikian mengemuka dalam acara Breakfast Meeting bertajuk ”Akselerasi Pertumbuhan Melalui Pendalaman Struktur Industri dan Peningkatan Ekspor Sektor Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka” di Jakarta, Senin (19/2). ”Kami menargetkan sektor industri pengolahan nonmigas pada 2018 tumbuh 5,67 persen dengan total investasi Rp 345,4 triliun,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
Sektor industri kimia, tekstil, dan aneka diharapkan berkontribusi Rp 117 triliun dari total investasi tersebut. ”Impor bahan baku dan produk antara pada industri bahan kimia serta barang kimia yang mencapai Rp 275 triliun pada 2017 diharapkan bisa menumbuhkan industri substitusi impor,” ujar Airlangga.
Ketua Asosiasi Semen Indonesia Widodo Santoso meminta pemerintah melindungi investasi yang sudah ada di dalam negeri. Mereka meminta penghentian sementara izin pabrik baru mengingat permintaan dan kapasitas produksi yang tidak imbang. ”Total kebutuhan dalam negeri dan ekspor hanya sekitar 69 juta ton, sementara kapasitas produksi industri semen di Indonesia saat ini sudah 100 juta ton,” kata Widodo.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia Elisa Sinaga meminta pemerintah agar industri keramik dalam negeri bisa mendapatkan harga gas kompetitif. ”Kami juga ingin ada pengendalian impor untuk produk industri tertentu yang mampu dikerjakan industri di dalam negeri,” katanya.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menuturkan, impor dikendalikan melalui pengawasan di luar pelabuhan tidak. Namun, itu tidak mengurangi persyaratan impor. Setiap pemasukan barang tetap harus dilengkapi dokumen impor.
Hanya pengawasannya yang tidak lagi di pelabuhan, tetapi di luar pelabuhan. ”Pengendalian impor bisa dilakukan manakala terjadi lonjakan impor, yakni dengan mekanisme safeguard,” kata Oke.
Bilateral dan multilateral
Terkait peningkatan ekspor, Oke Nurwan mengatakan, pihaknya pada 2018 menargetkan penyelesaian kerja sama bilateral dan multilateral dengan 10 negara tujuan ekspor. ”Kami juga sedang mengembangkan sistem perdagangan menggunakan imbal beli. Rencana pertama adalah pembelian pesawat Sukhoi yang ditandatangani minggu lalu dengan kontrak pembelian 1,14 miliar dollar AS,” kata Oke.
Melalui sistem imbal beli tersebut, Rusia wajib membeli komoditas dari Indonesia senilai 570 juta dollar AS. Selain untuk alat utama sistem persenjataan, sistem imbal beli juga akan digunakan dalam kerja sama perdagangan dengan negara yang mengekspor produk untuk kepentingan pemerintah.
”Kami rencanakan pembelian minyak mentah juga akan dicoba menggunakan mekanisme imbal beli dengan negara-negara tertentu,” kata Oke.
Direktur Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi menuturkan, upaya meningkatkan investasi dan ekspor diterjemahkan melalui beberapa kebijakan. ”Dukungan tidak hanya insentif fiskal, tetapi juga kemudahan prosedural,” katanya.
Sementara itu, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Archandra Tahar menuturkan, sudah ada perbaikan di sisi harga gas industri yang diminta beberapa kalangan industri. ”Namun, untuk industri keramik, sarung tangan, dan lain-lain masih dalam pembahasan,” kata Archandra. (CAS)