Perum Bulog: Bukan Tak Mau Serap, Harga Memang Tinggi
Oleh
Mukhamad Kurniawan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingginya harga sepanjang 2017 dinilai menyulitkan Perum Bulog menyerap gabah dan beras petani.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga gabah di tingkat petani Rp 4.308-Rp 4.995 per kilogram kering panen (GKP) selama tahun lalu, jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan Rp 3.700 per kilogram (kg).
”Dengan rata-rata harga pasar di atas HPP, sebenarnya jadi momentum yang baik bagi petani menikmati harga baik sehingga Perum Bulog tidak wajib menyerap gabah dan beras, bukan berarti Perum Bulog tidak mau menyerap gabah atau beras dalam negeri,” kata Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Siti Kuwati di Jakarta, Rabu (21/2).
Menurut Wati, demikian nama panggilan Siti Kuwati, Perum Bulog tetap membeli gabah atau beras dari produsen dalam negeri, tetapi dengan skema komersial dalam jumlah yang terbatas. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan penjualan komersial.
Dengan kondisi itu, realisasi pengadaan beras tahun lalu mencapai 2,16 juta ton, sekitar 57 persen dari target 3,7 juta ton.
Selain GKP, harga gabah kering giling (GKG) sepanjang 2017 juga lebih tinggi daripada HPP, sesuai data BPS itu tercatat Rp 5.313-Rp 5.689 per kg di tingkat penggilingan.
Angka itu lebih tinggi daripada HPP, patokan harga yang ditetapkan pemerintah sebagai dasar pembelian oleh Perum Bulog, yakni Rp 4.600 per kg.
Tingginya harga beras berlanjut awal tahun ini. BPS mencatat, rata-rata harga beras nasional mencapai Rp 5.415 per kg di tingkat petani, sementara GKG di tingkat penggilingan Rp 6.099 per kg dan beras medium Rp 10.177 per kg.
Pemerintah melalui rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Perekonomian akhirnya memutuskan meningkatkan kelenturan pembelian hingga 20 persen.
Dengan kelenturan itu, Perum Bulog bisa membeli hingga harga Rp 4.440 per kg GKP di tingkat petani atau beras Rp 8.760 per kg di gudang Bulog.
Wati menambahkan, sampai 21 Februari 2018, Perum Bulog telah menyerap 17.694 ton setara beras dari dalam negeri. Perum Bulog juga telah merealisasikan pengadaan beras dari luar negeri, lewat impor dari Thailand, Vietnam, dan India, setidaknya 57.000 ton.
”Perum Bulog memiliki lebih dari 1.400 unit gudang yang tersebar di 26 divisi regional dan tersebar di seluruh Indonesia dengan kapasitas simpan lebih kurang 4 juta ton,” ujarnya.
Sejumlah kalangan memperkirakan kondisi harga gabah dan beras tahun ini bisa sama seperti tahun lalu. Oleh karena itu, target pengadaan beras 2,7 juta ton oleh Bulog pun tak mudah.
Kenaikan fleksibilitas 20 persen belum menjadi jaminan target tercapai sebab harga gabah atau beras berpotensi tetap tinggi.