SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menambah tiga sentra usaha kecil dan menengah untuk menjual produk olahan warga. Penambahan sentra UKM itu diperlukan untuk memperluas jangkauan pemasaran pelaku usaha agar omzet bisa terus meningkat.
Tiga sentra usaha kecil dan menengah (UKM) itu membuat Surabaya memiliki 10 sentra UKM. Sebelumnya, sudah ada tujuh sentra UKM yang digunakan untuk memasarkan produk hasil usaha masyarakat. Sentra UKM itu menjadi alternatif pilihan bagi 8.656 pelaku UKM untuk memasarkan produknya.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Arini Pakistyaningsih, Rabu (21/2), di Surabaya, mengatakan, tiga sentra UKM baru mulai beroperasi pada bulan Maret. Lokasinya berada di tempat wisata ataupun fasilitas umum yang banyak dikunjungi warga dan wisatawan.
Dua sentra UKM baru berlokasi di Kebun Binatang Surabaya (KBS) dan Jembatan Merah Plaza. Sementara satu lokasi lainnya masih dalam finalisasi agar efektif menarik minat pembeli.
Adapun tujuh sentra UKM yang telah dibangun berlokasi di Sentra UKM Merr, Sentra UKM Siola, Sentra UKM ITC Mall, dan Sentra UKM Delta Mall. Kemudian di Sentra UKM Bandara Juanda, Sentra UKM Surabaya North Quay, dan Sentra UKM Park And Ride. Produk yang ditawarkan di antaranya makanan, minuman, kerajinan tangan, dan batik yang diproduksi oleh pelaku UKM di Surabaya.
Untuk bisa masuk dalam sentra UKM, kata Arini, produk harus dipilih terlebih dahulu. Syaratnya, antara lain, layak jual, baik dari segi kualitas maupun rasa, serta kemasannya harus menarik. Selain itu, ketersediaan barang harus terjaga agar apabila stok di sentra UKM kosong bisa langsung diberikan stok tambahan.
Pelaku UKM yang menggunakan fasilitas milik Pemkot Surabaya tak dikenai biaya sewa agar tidak membebani keuangan mereka. Warga hanya perlu menyerahkan produknya untuk dipajang kepada pembeli. Dengan demikian, pelaku UKM bisa mendapatkan keuntungan lebih banyak karena menjual dengan harga pasaran, berbeda dengan toko oleh-oleh yang biasanya keuntungan pedagang lebih sedikit.
Dari sentra UKM yang sudah ada, peminatnya tinggi. Transaksi yang dibukukan juga selalu naik tiap tahun. Di Sentra UKM Merr, misalnya, diisi 175 pedagang dengan omzet selama 2016 mencapai Rp 425 juta atau meningkat menjadi Rp 432 juta pada 2017. Sementara transaksi tertinggi tercatat di Sentra UKM Siola yang diisi 80 pedagang dengan omzet mencapai Rp 740 juta pada 2016. ”Omzet di Sentra UKM Siola naik menjadi Rp 1 miliar selama 2017,” kata Arini.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, pelaku UKM di Surabaya selalu difasilitasi untuk meningkatkan kemampuan. Ada program Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda yang tiap minggu memberikan pelatihan keterampilan sesuai usaha yang ditekuni. Ada tiga keterampilan yang diberikan, yakni bisnis kuliner, industri kreatif, dan industri rumahan.
”Empat produk UKM Surabaya bahkan berhasil menembus pasar di maskapai Citilink karena kualitasnya sudah diakui, yakni kue kering Diah Cookies, kacang Tree-G, Almond Crispy, dan crispy semanggi Crisclov,” ujar Risma.
Pedagang olahan durian DurDur, Trisnawati (51), mengatakan, sentra UKM diperlukan pelaku usaha untuk menambah lokasi penjualan secara offline. Produk itu dijual di sentra UKM dan pusat oleh-oleh. (SYA)