Pemerintah kembali menawarkan obligasi syariah (sukuk) bagi para investor ritel, yang lazim disebut sukuk ritel atau sukri. Kali ini, sukri yang ditawarkan pemerintah berseri SR-010. Penawaran berlangsung dari 23 Februari hingga 16 Maret 2018.
Ada beberapa pertimbangan yang dapat digunakan sebelum membeli atau tidak membeli sukri. Sukuk ritel, misalnya, hanya menawarkan imbal hasil 5,9 persen. Sementara suku bunga deposito rata-rata 5,72 persen. Adapun tingkat suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan 5,75 persen.
Jika kecenderungan suku bunga perbankan terus menurun hingga tiga tahun ke depan, imbal hasil yang ditawarkan oleh sukri 10 menjadi menarik. Namun, para ekonom memperkirakan tahun depan suku bunga acuan bisa jadi naik 0,25 basis poin.
Jika suku bunga deposito naik, selisih antara suku bunga deposito dan imbal hasil sukri semakin tipis. Sebaliknya, jika suku bunga cenderung terus menurun dan selisih antara imbal hasil sukri dan deposito semakin besar, imbal hasil sukri tentu lebih menarik.
Imbalan sukri ini akan diberikan pada tanggal 10 setiap bulan. Bank atau perusahaan sekuritas akan langsung mentransfernya ke rekening para nasabah dalam jumlah yang tetap. Dengan demikian, sukri ini dapat menjadi tambahan penghasilan tetap.
Dilihat dari keamanan berinvestasi, sukri yang diterbitkan pemerintah ini tergolong investasi berisiko rendah. Berdasarkan undang-undang, pemerintah menjamin pembayaran pokok dan imbal hasil yang dijanjikan.
Pembelian sukuk ritel ini juga dapat dimulai pada harga rendah, yakni hanya Rp 5 juta per unit. Jumlah ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan pembelian untuk korporasi yang minimal mencapai miliaran rupiah. Dilihat dari minimal investasinya, sukri dapat menjangkau masyarakat menengah dengan maksimal pemesanan sebesar Rp 5 miliar.
Bagi investor, ada beberapa pilihan jika ingin berinvestasi pada sukri 010. Dapat saja memegangnya hingga jatuh tempo pada Maret 2021 atau menjualnya sebelum jatuh tempo.
Sukri dapat diperjualbelikan setelah satu periode imbalan atau setelah 10 April 2018. Hanya saja, harganya tidak 100 persen, tetapi bisa turun dari 100 persen. Sukri senilai Rp 5 juta, misalnya, dijual sebelum jatuh tempo harganya hanya 98 persen atau sekitar Rp 4.900.000 saja. Deposito yang dicairkan sebelum jatuh tempo juga dikenai pinalti.
Dilihat dari pajak yang dibebankan, pajak sukri hanya 15 persen lebih rendah dibandingkan pajak deposito sebesar 20 persen. Pajak yang lebih rendah juga dapat menjadi pertimbangan pembelian sukri ini.
Dilihat dari pajak yang dibebankan, pajak sukri hanya 15 persen lebih rendah dibandingkan pajak deposito sebesar 20 persen.
Sukri ini berakad ijarah. Aset yang menjadi dasar transaksinya adalah proyek-proyek pemerintah dan aset milik pemerintah. Pada penerbitan sukuk ritel sebelumnya, pemerintah menggunakan sebagian dana untuk membangun infrastruktur seperti rel kereta Trans-Sulawesi dan beberapa ruas jalan.
Profil risiko
Nasabah dengan profil risiko moderat dan konservatif cocok berinvestasi pada sukri ini. Terlebih lagi, keamanan dan imbal hasil yang tetap menjadi pertimbangan utama.
Dan, ketika pasar keuangan sedang tidak menentu, instrumen investasi yang memberikan hasil tetap dan aman dapat menjadi pilihan utama. Apalagi, misalnya, ada keluarga yang mempersiapkan uang sekolah anak dalam tiga tahun ke depan. Demi keamanan, selain menempatkan dana pada reksa dana obligasi dan reksa dana pasar uang, dana dapat ditempatkan pada sukri.
Investor dengan profil risiko agresif yang ingin imbal hasil tinggi tetapi berani menghadapi risiko tinggi mungkin tidak begitu tertarik dengan imbal hasil sukri. Masih banyak saham yang memberikan imbal hasil lebih tinggi dari sukri, dengan risiko dan fluktuasi yang tinggi pula.
Walau demikian, untuk mengamankan hasil dari investasi berisiko tinggi, dapat ditempatkan pada instrumen yang aman seperti sukri ini. Sehingga keuntungan yang didapatkan dari pasar saham, misalnya, tidak tergerus oleh fluktuasi harga saham.
Tahun ini, pemerintah mengalokasikan penerbitan obligasi untuk investor ritel senilai Rp 30 triliun. Surat berharga negara ini terdiri atas sukuk ritel, obligasi ritel, obligasi tabungan (saving bond).
Pada kuartal kedua, investor ritel dapat membeli surat berharga negara ini secara daring. Minimal pembeliannya pun diturunkan dari Rp 5 juta meski nilai pastinya belum diumumkan.
Mengapa nilai minimalnya diturunkan? Besar kemungkinan supaya surat berharga negara ritel dapat diserap oleh lebih banyak penduduk di negeri ini. Semoga.