JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Keuangan, Jumat (23/2), memulai masa penawaran sukuk negara ritel seri SR-010. Melalui produk obligasi ritel, pemerintah ingin menggaet investor ritel untuk turut berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan. Dari instrumen investasi ini, pemerintah menargetkan untuk menghimpun dana Rp 30 triliun.
Penerbitan sukuk ritel seri SR-010 oleh Kementerian Keuangan itu, antara lain, dimaksudkan sebagai diversifikasi instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman mengatakan, penerbitan surat berharga negara, sukuk atau surat utang berbasis syariah menjadi salah satu cara membiayai defisit APBN.
”Kami ingin menyasar investor individu atau yang sifatnya ritel. Tahun ini kami mulai dengan penerbitan sukuk ritel seri SR-010,” kata Luky di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
Kemenkeu memasang target indikatif Rp 30 triliun dari empat instrumen obligasi ritel. Keempat instrumen itu meliputi sukuk ritel, obligasi Republik Indonesia (ORI), surat berharga negara (SBN) ritel yang dijual melalui platform dalam jaringan (daring), dan sukuk tabungan.
Luky memaparkan, sukuk ritel SR-010 diterbitkan pada 21 Maret 2018. Masa penawaran dibuka mulai 23 Februari hingga 16 Maret 2018 dengan minimum pemesanan Rp 5 juta. Pembayaran imbalan akan dilakukan tiap bulan pada tanggal 10. Kemenkeu menggandeng 22 agen penjual untuk menawarkan SR-010.
Imbal hasil
Imbal hasil ditetapkan sebesar 5,9 persen dengan tenor selama tiga tahun. Imbal hasil ini lebih rendah dibanding sukuk ritel seri SR-009 yang diterbitkan Kemenkeu tahun lalu, yakni sebesar 6,9 persen. Tingkat imbal hasil sebesar 5,9 persen itu ditetapkan dengan mempertimbangkan pasar sekunder dan jenis investasi lain yang beredar. ”Kami percaya imbal hasil itu masih menarik minat investor ritel,” kata Luky.
Ekonom Institut for Development of Economics and Finance, Bhima Yudistira, berpendapat, imbal hasil sukuk ritel SR-010 lebih rendah daripada tahun lalu karena proyeksi inflasi 2018 yang lebih rendah daripada 2017.
Kepala Subdivisi Wealth Management BCA Adrianus Wagimin mengatakan, pihaknya akan mengoptimalkan penjualan sukuk ritel SR-010. Namun, BCA tak menargetkan jumlah penjualan. Masa penawaran selama 3 minggu ke depan akan digunakan BCA untuk terus bergerak melihat pasar.
Direktur Utama MNC Sekuritas Susy Meilina menargetkan penjualan sukuk ritel ini bisa mencapai Rp 200 miliar.
”Kami yakin dapat menarik investor karena sukuk ini aman dan selama tiga tahun nilainya tidak akan turun,” katanya. (DD10)