Menyulap Kedai Kopi Menjadi Bank
DBS Indonesia saat ini bekerja sama dengan 21 kedai kopi di wilayah Jakarta, Tangerang, Bandung, dan Surabaya. Pembukaan rekening bisa dilakukan di kedai-kedai itu dengan mesin biomorf. Kedai kopi dipilih karena menikmati kopi di kafe kini dipandang sebagai bagian dari gaya hidup urban.
”Proses buka rekening hanya perlu waktu 2 hingga 5 menit. Termasuk pada hari libur,” ujar Head of Digital Banking PT Bank DBS Indonesia Leonardo Koesmanto, beberapa waktu lalu.
Untuk membuka rekening bank digital, mula-mula nasabah harus mengunduh aplikasi ”Digibank by DBS” di gawai. Setelah itu, dilanjutkan dengan membuat nama pengguna dan kode keamanan, lalu mengisi data diri. Langkah selanjutnya adalah verifikasi. Verifikasi ini dilakukan di salah satu kedai kopi yang telah bekerja sama dengan DBS Bank. Di tiap kedai kopi itu, DBS menyiapkan agen untuk membantu nasabah dengan mesin biomorf.
Pada mesin biomorf, agen akan menyambungkan kabel dari mesin ke ponsel yang tersedia. Selanjutnya, nasabah diminta memasukkan kode referensi, nomor telepon, dan kode pos alamat perusahaan. KTP elektronik dan sidik jari calon nasabah pun dipindai. Setelah itu, rekening digital siap diterbitkan.
Proses ini bisa dilakukan dengan cepat, bahkan bisa diselesaikan sebelum uap kopi pesanan berhenti mengepul. Selanjutnya, kartu rekening akan dikirim ke alamat nasabah maksimal selama empat hari kerja. Kartu ini bisa digunakan untuk menarik dana melalui mesin anjungan tunai mandiri.
Tidak ada biaya administrasi bulanan, juga tidak ada ketentuan dana minimum yang harus disimpan dalam rekening ini. Leonardo mengatakan, bank digital memang dimaksudkan oleh DBS untuk menjangkau nasabah seluas mungkin.
Inklusi keuangan
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan kedua yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan pada 2016 menunjukkan indeks inklusi keuangan sebesar 67,82 persen, meningkat dari 2013 yang mencapai 59,74 persen. Indeks inklusi keuangan ini menggambarkan akses masyarakat terhadap produk dan layanan jasa keuangan.
Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, penerapan bank digital berpotensi mendongkrak inklusi keuangan di Indonesia. Hal itu disebabkan karena penerapan bank digital tidak mengenal batas jarak, ruang, dan waktu. Kapan pun dan di mana pun, calon nasabah bisa dengan mudah membuka rekening tanpa harus direpotkan mengantre atau membawa dokumen-dokumen. ”Bank digital bagus untuk meningkatkan inklusi keuangan. Lebih bagus lagi jika diterapkan di perdesaan. Jadi, masyarakat di desa yang belum tersentuh bank pun bisa punya rekening,” kata Lana.
I Gusti Ngurah Alit Asmara Jaya dalam bukunya, Branchless Banking: Bank Tanpa Kantor Pada Era Digital (2017), menjelaskan, implementasi bank digital mengarah pada konsep bank tanpa cabang. Konsep ini akan memperluas jangkauan bank melalui agen yang tersebar di mana-mana sehingga berpotensi meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan jasa keuangan.
Upaya merangkul nasabah, khususnya generasi milenial, juga dilakukan sejumlah bank dengan digital lounge di mal atau pusat perbelanjaan. Upaya lain adalah melalui penyediaan aplikasi yang memudahkan nasabah mengatur aktivitas keuangan.
Di Mal Gandaria City, misalnya, Doni Aditya (29) mengunjungi Digital Lounge CIMB Niaga setelah bersantap siang pada jam istirahat kantor. Di situ, ia bisa membuka rekening CIMB Niaga tanpa antrean.
Direktur Consumer Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan menjelaskan, CIMB Niaga Digital Lounge adalah salah satu inisiatif berbasis digital yang dikembangkan untuk menyesuaikan gaya hidup nasabah. CIMB Niaga Digital Lounge hadir di mal-mal terkemuka dengan waktu layanan mengikuti jam operasional mal dari Senin sampai Minggu.
Digital Lounge ini menyediakan layanan perbankan secara keseluruhan, mulai dari buka tabungan, ganti kartu debit, registrasi e-channel hingga melakukan tarik dan setor tunai melalui mesin ATM, juga layanan lain seperti transfer gratis ke semua bank di Indonesia, bayar tagihan, ataupun pembelian pulsa melalui video banking.
Di mal yang sama, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) juga menawarkan layanan digital banking bernama Jenius. Layanan teknologi finansial yang dikembangkan BTPN ini memudahkan nasabah untuk mengelola keuangan pribadi berbekal gawai.
Nasabah, misalnya, bisa menggunakan aplikasi Jenius untuk melihat, menelusuri, dan mengunduh seluruh catatan transaksi. Nasabah bahkan bisa menentukan mengelompokkan pencatatan transaksi berdasarkan tipe, kategori, rentang waktu, dan besarnya transaksi. Nasabah juga dapat mengalokasikan dana untuk tabungan seperti deposito.
Digital Banking Product and Value Proposition Head BTPN Irwan Sutjipto Tisnabudi menjelaskan, Jenius merupakan salah satu upaya BTPN menjawab kebutuhan generasi melek digital.
”Lewat Jenius, kami percaya tiap keputusan dalam hidup seseorang memiliki konsekuensi finansial. Karena itu, Jenius hadir memberi cara baru untuk mengatur finansial dan hidup dengan mudah melalui smartphone, kapan dan di mana saja,” ujarnya.
Seiring perkembangan teknologi, bank memang dituntut berevolusi dalam memberi layanan.
(DD10/ANGGER PUTRANTO)