”Blockchain”, Akhir dari Pekerjaan Perantara
Uni Emirates Arab menjadi negara pertama yang mendeklarasikan akan menggunakan rantai blok (blockchain) untuk berbagai kepentingan. Tak sebatas digunakan untuk transaksi mata uang digital, kini berbagai sektor yang melibatkan pihak ketiga berpotensi digantikan oleh teknologi dan sistem blockchain. Akhir dari berbagai pekerjaan perantara telah dimulai.
Di Tanah Air diskusi tentang rantai blokmenghangat menyusul kehebohan soal mata uang digital, termasuk bitcoin. Teknologi ini mendesentralisasikan fungsi pengawasan dan intermediasi sehingga penggunaan mata uang digital dipercaya semua pihak. Setiap transaksi bisa divalidasi semua pihak, tanpa butuh bank sentral. Secara sederhana, teknologi rantai blok ini menghubungkan antarkomputer satu dengan yang lain dan memungkinkan pencatatan data tersebar di jaringan tanpa pihak ketiga.
”Teknologi blockchain merupakan teknologi yang lebih menyederhanakan sistem yang selama ini tersentralisasi. Di balik teknologi ini, jasa makelar atau perantara segera berakhir. Jadi teknologi ini cocok untuk beberapa sektor,” kata Direktur Eksekutif Indonesia Commodity and Future Trading Institute (IC-FRI) Iwan Cahyo Suryadi dalam sebuah diskusi di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Beberapa industri yang banyak menggunakan jasa perantara, antara lain, adalah perbankan, properti, keamanan digital, jasa logistik, jasa pendugaan, asuransi, ritel, industri musik, bahkan pengumpulan donasi dan pemilihan umum. Bila selama ini pemain konvensional terhancurkan oleh industri digital. Ke depan, industri digital yang memainkan peran sebagai perantara pun bakal terhancurkan.
Uni Emirates Arab, khususnya Dubai, berencana menjalankan beberapa fungsi pemerintah dengan menggunakan rantai blok pada 2020. Beberapa fungsi yang akan diubah itu antara pembaruan dokumen warga, aplikasi visa, transaksi pembayaran, dan jasa penjualan properti. Menurut majalah Forbes, penggunaan rantai blok akan menghemat 25,1 juta jam tenaga manusia dan 1,5 miliar dollar AS.
Salah satu industri yang akan langsung terdampak adalah properti. Penjual, pembeli, pemerintah, pengembang, dan lain-lain bisa berhubungan langsung dengan teknologi ini. Mereka tidak lagi butuh agen untuk jual- beli. Teknologi rantai blok juga memungkinkan semua pihak terhubung dengan penyedia jasa utilitas seperti perusahaan listrik, air, telekomunikasi, hingga mereka tidak butuh agen untuk memasang semua fasilitas.
”Tujuan kami adalah menyatukan semua perusahaan real estat dan departemen pelayanan warga dalam satu platform. Inisiatif ini masih permulaan, tetapi dalam beberapa waktu ke depan sejumlah pihak akan bergabung untuk memperbaiki pelayanan” kata Direktur Jenderal Dubai Land Department Sultan Butti bin Mejren, seperti dikutip Forbes.
Tak hanya sektor properti, industri digital yang kini membesar juga sangat mungkin akan terganggu dengan rantai blok. Perusahaan digital di bidang transportasi yang selama ini jadi pihak ketiga yang mempertemukan pemilik kendaraan dengan orang yang butuh kendaraan akan tak dibutuhkan karena pemilik kendaraan dan calon penumpang terkoneksi langsung.
Begitu pula, perusahaan listrik yang selama ini mengandalkan pembangkitnya. Dengan rantai blok, perseorangan atau perusahaan yang memproduksi listrik pun bisa memasok ke sistem listrik yang lebih besar. Semua penghitungan terlihat jelas, transaksi tak bisa dipermainkan, dan tanpa pihak ketiga.
Industri musik yang telah diterjang tsunami digital hingga mengempaskan penjual atau distributor cakram digital pun akan makin dilanda tsunami. Dengan rantai blok, artis dan pendengar bisa berhubungan langsung. Artis pun bisa mendapat uang di muka jika dia bisa mengelola popularitas dan menawarkan penampilan terjadwal.
Relevansi
”Blockchain sama seperti teknologi lainnya, masih terus berkembang. Banyak bank asing kini mulai memakai. Jika yang memakai meluas, akan ada banyak usaha dan teknologi yang kehilangan relevansi. Biaya pengantaran akan turun jauh, biaya transfer uang, dan semua ini akan mengubah platform bisnis,” kata Guru Besar Manajemen Universitas Indonesia Rhenald Kasali.
Perusahaan harus mulai bereksperimen agar mengenal betul dampak dan metode yang berlaku dalam rantai blok. Namun, yang paling penting, eksekutif perusahaan harus punya pola pikir baru yang berbeda menghadapi perkembangan ini.
Perubahan demi perubahan terus terjadi dalam perjalanan peradaban manusia. Berbagai pekerjaan sudah didigitalkan seperti e-dagang, transportasi digital, dan pembayaran bersistem elektronik. Kini kita memasuki fase baru dalam digitalisasi, yaitu peran perantara yang bakal menghilang. Dalam pengelolaan pemerintahan, teknologi ini bakal menekan angka korupsi karena asal uang dan penggunaan uang akan terlihat jelas.
Penggalangan dana yang dilakukan lembaga swadaya masyarakat misalnya, juga bakal diketahui asal-usulnya. Donor akan dengan mudah mengetahui penerima dana itu secara detail. Rantai blok menjadikan urusan yang dulu terpusat atau tersentralisasi sehingga kerap membuat inefisiensi dan bias, jadi terdesentralisasi dengan sebuah sistem yang memiliki kepercayaan tinggi. (ANDREAS MARYOTO)