JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berkomitmen mendorong potensi ekonomi perikanan budidaya tahun ini. Peningkatan nilai ekonomi subsektor perikanan budidaya diyakini akan memberikan kontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP) Slamet Soebjakto, Minggu (25/2), di Jakarta, mengatakan, pendapatan pembudidaya ikan pada tahun 2017 rata-rata Rp 3,28 juta per bulan atau naik 8,6 persen dibandingkan tahun 2016 yang tercatat rata-rata Rp 3,02 juta. Adapun nilai tukar usaha pembudidaya ikan per Desember 2017 tercatat 111,26.
”Pendapatan pembudidaya ikan akan ditingkatkan dengan terus menciptakan efisiensi usaha budidaya,” kata Slamet.
Berdasarkan data sementara KKP, volume produksi perikanan budidaya tahun 2017 sebesar 16,165 juta ton atau di bawah target produksi 22,79 juta ton. Realisasi itu mencakup rumput laut sejumlah 8,18 juta ton, ikan 7,42 juta ton, dan udang 555.138 ton.
Volume produksi udang tersebut menurun dibandingkan tahun 2016, yakni 698.138 ton. Pada tahun 2016, target produksi perikanan budidaya yang dicanangkan pemerintah juga tidak tercapai. Dari target 19,5 juta ton hanya terealisasi 16,67 juta ton.
Menurut Slamet, sesuai instruksi Presiden Joko Widodo untuk mendorong program yang bersifat padat karya, pihaknya akan fokus mendorong kegiatan yang langsung menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Di sisi lain, karakteristik usaha budidaya di Indonesia hampir 80 persen merupakan usaha skala kecil menengah. Terkait hal itu, perlu lebih banyak mendorong pemberdayaan masyarakat.
”Kami akan menggandeng pihak BUMN dan swasta untuk turut andil mengembangkan subsektor ini, baik melalui investasi maupun kemitraan usaha,” kata Slamet.
Tahun 2018, target produksi perikanan budidaya ditetapkan sebesar 24,08 juta ton, meliputi produksi ikan 7,91 juta ton dan rumput laut 16,17 juta ton. Salah satu proyek mercusuar yang dikembangkan adalah keramba jaring apung lepas pantai di tiga lokasi, yakni Pangandaran, Sabang, dan Karimunjawa.
Peluang PDB
Kepala Seksi Neraca Pertanian Badan Pusat Statistik (BPS) Urip Widiyantoro menuturkan, subsektor perikanan budidaya mempunyai peluang besar untuk menyumbang produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Pada kurun waktu 2011-2012, laju pertumbuhan PDB perikanan budidaya selalu di atas rata-rata PDB sektor perikanan dan PDB Indonesia.
”Angka ini punya peluang besar untuk ditingkatkan mengingat potensi ekonomi sumber daya alam (perikanan) yang sangat besar,” kata Urip.
Ia juga menambahkan, tahun 2017, PDB sektor perikanan (atas dasar harga konstan) mencapai Rp 227,3 triliun dengan pertumbuhan 5,95 persen atau naik 15,33 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 5,15 persen.
Kenaikan nilai PDB sektor perikanan ini tidak terlepas dari fenomena produk perikanan budidaya, yakni produksi ikan kakap dan kerapu hasil budidaya, yang meningkat cukup tinggi. Kinerja ekspor menjadi salah satu komponen yang diharapkan mendongkrak nilai PDB Indonesia.
BPS mencatat, pada 2017, nilai ekspor perikanan budidaya mencapai 207,8 juta dollar AS atau meningkat 20,37 persen dibandingkan tahun 2016 sebesar 176,6 juta dollar AS. (LKT)