Tuan Rumah, RI Bersiap
JAKARTA, KOMPAS Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia, 12-14 Oktober 2018. Acara akan digelar di Nusa Dua, Bali.
Sebagai tuan rumah, Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia sebagai negara yang telah bereformasi, resilien, dan progresif dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Di sisi lain, di tengah tantangan proteksionisme dan tren pengetatan finansial global, resiliensi Indonesia diuji. Melalui rangkaian momen itu, Indonesia ingin mencari model dalam menghadapi tantangan global yang sedang berubah.
Hal itu mengemuka dalam Bincang-bincang Bank Indonesia dan Media tentang High Level Conference Annual Meetings 2018: New Growth Models in a Changing Global Landscape di Jakarta, Senin (26/2). Hadir sebagai pembicara Kepala Unit Kerja Pertemuan Tahunan IMF- Bank Dunia 2018 Peter Jacobs dan Kepala Departemen Internasional BI Aida S Budiman.
Peter mengatakan, pertemuan tahunan itu akan dihadiri lebih kurang 15.000 orang dari 189 negara. Hal ini merupakan momentum bagi Indonesia, baik untuk menggerakkan ekonomi maupun menunjukkan perkembangan ekonomi nasional. Secara spesifik, sektor-sektor yang akan diperlihatkan adalah ekonomi digital, ekonomi dan finansial syariah modern, pemberdayaan perempuan, serta pariwisata.
”Keuntungan kegiatan itu tidak hanya hasil-hasil penting di sektor finansial dan ekonomi, investasi, dan perdagangan, tetapi juga menggerakkan ekonomi Indonesia, terutama di Bali dan daerah-daerah sekitar,” katanya.
Peter mencontohkan, peredaran uang selama pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 diperkirakan 100 juta dollar AS atau Rp 1,36 triliun. Jumlah itu belum termasuk dampak bergandanya, seperti investasi, keberlanjutan wisata, dan perdagangan.
Indonesia, sebagai tuan rumah berupaya menyiapkan 60 tempat wisata, yakni 33 tempat wisata di Bali dan 27 di luar Bali. Beberapa daerah di luar Bali yang telah siap adalah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Banyuwangi (Jawa Timur), Borobudur (Jawa Tengah), dan Danau Toba (Sumatera Utara).
Sementara Aida mengemukakan, Indonesia terbukti tahan uji menghadapi krisis ekonomi dalam dua dekade ini. Di satu sisi, pertumbuhan ekonomi global tahun ini yang diperkirakan 3,9 persen oleh IMF membawa keuntungan bagi Indonesia.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi disertai tantangan baru, yaitu proteksionisme dan kebijakan fiskal negara maju yang mulai ketat. Untuk itu, Indonesia dan negara-negara berkembang lain membutuhkan model dan respons kebijakan menghadapi tantangan baru.
”Salah satunya melalui reformasi struktural yang sedang dilakukan Indonesia saat ini. Produktivitas Indonesia masih rendah sehingga perlu ditingkatkan agar semakin berdaya saing dan bernilai tambah tinggi,” katanya.
Selain itu, ujar Aida, perkembangan industri 4.0 perlu diantisipasi, terutama menyangkut demografi Indonesia. Akan ada peralihan dari tenaga kerja ke otomatisasi dan robotik di sektor industri. Model dan respons kebijakan atas tantangan global itu akan dibahas pada High Level Conference Annual Meetings 2018: New Growth Models in a Changing Global Landscape, Selasa (27/2) di Jakarta.
Parkir pesawat
Terkait kesiapan menjelang pelaksanaan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Oktober 2018, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dan PT Angkasa Pura I (Persero) berupaya mengejar perluasan apron dan tempat parkir pesawat di Bandara Ngurah Rai, Bali. Hal ini karena dengan kondisi seperti saat ini, dikhawatirkan tempat parkir pesawat tidak akan cukup menampung pesawat-pesawat yang digunakan tamu.
”Perluasan apron sangat diperlukan untuk dapat memberikan pelayanan yang baik dalam hal keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penerbangan kepada para tamu negara yang akan datang,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso di Jakarta, kemarin.
Menurut Agus, pelayanan yang maksimal dari Indonesia sebagai tuan rumah akan berdampak positif. Dampak itu berupa kepercayaan kepada Indonesia, yang pada akhirnya bisa meningkatkan arus investasi asing ke Indonesia sehingga perekonomian Indonesia juga semakin meningkat.
Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi menambahkan, pihaknya memperbesar fasilitas di Ngurah Rai. ”Saat ini kami sedang menambah kapasitas parkir. Jika sebelumnya tempat parkir hanya mampu menampung 36 pesawat, kini ditambah lagi 11 tempat parkir,” kata Faik. (LAS/ARN)