JAKARTA, KOMPAS — PT Astra International Tbk membukukan laba bersih konsolidasi Rp 18,881 triliun pada 2017 atau meningkat 25 persen dalam setahun. Adapun pendapatan bersih konsolidasi mencapai Rp 206,057 triliun dalam setahun atau meningkat 14 persen dibandingkan dengan 2016.
Dalam siaran pers yang dikutip Kompas, Selasa (27/2), bisnis otomotif di Grup Astra menyumbang laba bersih terbesar, yakni Rp 8,868 triliun. Meski demikian, laba bersih bisnis otomotif itu turun 3 persen dari pencapaian 2016 yang sebesar Rp 9,166 triliun.
Sebaliknya, bisnis infrastruktur dan logistik membukukan rugi bersih Rp 231 miliar pada 2017. Kinerja ini berbalik dari 2016 yang berhasil mencatatkan laba bersih Rp 263 miliar.
Kinerja segmen bisnis infrastruktur dan logistik tahun lalu merosot akibat kerugian awal dari ruas jalan tol baru Cikopo-Palimanan sepanjang 116,8 kilometer yang 45 persen sahamnya diakuisisi Grup Astra pada awal 2017. Kerugian juga terjadi akibat divestasi PT PAM Lyonnaise Jaya, perusahaan penyedia air bersih, yang sebelumnya 49 persen sahamnya dimiliki Grup Astra.
”Setelah mencetak kinerja keseluruhan yang baik pada 2017, Grup Astra diharapkan dapat terus diuntungkan dari membaiknya kondisi ekonomi serta stabilnya harga komoditas meskipun persaingan di pasar mobil akan terus meningkat,” kata Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto, Selasa.
Jasa keuangan
Laba bersih kelompok jasa keuangan tumbuh dari Rp 789 miliar pada 2016 menjadi Rp 3,8 triliun pada 2017. Peningkatan laba bersih ini ditopang profitabilitas PT Bank Permata Tbk serta kontribusi PT Astra Sedaya Finance, PT Federal International Finance, dan PT Asuransi Astra Buana.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank Permata Ridha DM Wirakusumah menyampaikan, Bank Permata membukukan laba bersih Rp 748 miliar pada 2017. Pencapaian ini merupakan titik balik dari kerugian yang dicatatkan Bank Permata pada 2016, yakni sebesar Rp 6,5 triliun. (CAS/IDR)