SINGAPURA, KOMPAS — Industri jasa keuangan di Asia Pasifik dihadapkan pada tantangan baru. Pada bidang ini, industri yang tidak mengadopsi teknologi digital akan kalah bersaing. Untuk itu, model bisnis baru industri jasa keuangan sangat diperlukan dan perlu terus dikembangkan.
Di sisi lain, pengambil kebijakan di sektor industri jasa keuangan perlu memberi insentif bagi investor atau pelaku pengembang teknologi digital. Di tengah tantangan volatilitas keuangan global, pengambil kebijakan juga perlu meminimalisasi dampak volatilitas terhadap stabilitas sistem keuangan.
Dalam Kongres Jasa Keuangan Asia (AFSC) 2018 pada 1-2 Maret di Singapura, inovasi model bisnis baru industri jasa keuangan menjadi topik utama. Model bisnis baru itu, misalnya berupa kolaborasi antara industri jasa keuangan dengan pelaku usaha rintisan, pembangunan basis data berukuran besar, dan pengembangan jaringan digital dengan sektor-sektor utama yang menjadi inti bisnis.
Head of Research IDC Financial Insights Asia/Pasific Michael Araneta, Jumat (2/3), mengatakan, kolaborasi sangat diperlukan dalam pengembangan model bisnis baru. Perbankan bisa bekerja sama dengan perusahaan teknologi finansial (tekfin) ataupun pengembang robo-advisors atau blockchain.
Hasil survei IDC menyebutkan, 7 dari 10 bank memilih berinovasi untuk meningkatkan bisnis dan layanan. Sebanyak 61 persen perusahaan finansial juga bermitra dengan perusahaan tekfin. Namun, banyak perusahaan finansial yang gagal berinovasi karena tidak disertai desain model bisnis yang matang.
”Dari 150 proyek inovasi di sektor finansial, hanya 82 proyek saja yang sangat esensial dan bermanfaat. Dari 100 perusahaan finansial yang mengembangkan robo-advisor, sebanyak 70 perusahaan mengalami kegagalan,” katanya.
Dalam AFSC 2018, PT Bank Danamon Indonesia Tbk meraih Innovation Awards 2018 dari IDC Financial Insights untuk kategori Asia’s Leader in Innovation Capability Management, mengungguli inovasi-inovasi 150 perusahaan finansial se-Asia.
IT Group Head Information Technology Bank Danamon Ronaldi Laksana mengatakan, Bank Danamon mengembangkan Digital Factory atau teknologi digital berbasis sistem Application Programming Interface (APIs). Digital Factory merupakan salah satu penerapan model bisnis baru untuk meningkatkan layanan kepada nasabah. Nilai investasi ini sebesar Rp 17 miliar.
”Saat ini, kami masih fokus memberi kemudahan dan kecepatan layanan kepada nasabah. Salah satunya adalah membuka rekening secara daring,” kata Ronaldi.