Cadangan Devisa Aman
JAKARTA, KOMPAS — Penguatan dollar AS terhadap rupiah tak akan mengganggu cadangan devisa. Sejauh ini, ada tren peningkatan cadangan devisa yang ditopang perbaikan kondisi perekonomian sepanjang 2017.
Apalagi, pelemahan rupiah terhadap dollar AS tidak mencerminkan fundamen kondisi perekonomian domestik.
Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Rp 13.746 per dollar AS pada Jumat (2/3). Nilai tukar rupiah ini menguat dari Kamis (1/3) yang sebesar Rp 13.793 per dollar AS.
”Saya yakin cadangan devisa negara masih bisa meningkat. Dengan surplus neraca pembayaran, ada ruang tambahan untuk cadangan devisa.” ujar Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Dody Budi Waluyo di Jakarta, Sabtu.
Cadangan devisa RI pada Januari 2018 sebesar 131,98 miliar dollar AS, meningkat dari Desember 2017 yang sebesar 130,2 miliar dollar AS. Jumlah tersebut cukup untuk membiayai 8,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
”Jumlah cadangan devisa di atas standar kecukupan internasional, yakni sekitar tiga bulan impor. Cadangan devisa kali ini termasuk yang terbaik karena merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah,” ujarnya.
Dody optimistis cadangan devisa RI tetap dapat meningkat seiring pertumbuhan ekonomi RI tahun ini, yang menurut proyeksi Bank Indonesia berkisar 5,1-5,5 persen. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,4 persen tahun ini.
”Pemerintah menerima devisa dari pajak minyak dan surat utang valas, yang kemudian masuk ke APBN. Dana valas tersebut kemudian ditukar ke rupiah di bank sentral, kemudian valasnya masuk ke cadangan devisa. Artinya, cadangan devisa masih bisa naik,” ujarnya.
Dengan peringkat layak investasi dari lembaga-lembaga pemeringkat terhadap Indonesia, ditambah data inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang positif, Dody yakin tahun ini Indonesia masih akan menjadi tujuan investasi asing. Investasi asing ini masuk melalui penanaman modal asing maupun portofolio di pasar keuangan.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati memastikan pelemahan rupiah terhadap dollar AS akan berakhir pada saat sentimen pasar global terhadap AS mereda. Dari sisi domestik, perekonomian Indonesia masih cukup baik kendati pertumbuhan ekonomi tidak melaju dengan kencang.
Ekonom Indef, Bhima Yudistira, mengingatkan, cadangan devisa bisa berkurang jika volume intervensi untuk menjaga nilai tukar rupiah cukup besar.
”Pemerintah perlu mencari sumber devisa selain dari sektor migas, misalnya dengan menaikkan devisa ekspor nonmigas dan devisa pariwisata,” ujarnya.
Direktur Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Hidayat Amir mengatakan, pemerintah tidak perlu merevisi APBN 2018 untuk kembali membuat rupiah stabil.
Revisi APBN, lanjut Hidayat, berpotensi berimbas pada pembengkakan anggaran belanja kementerian dan lembaga negara. Selain itu, proses pergantian APBN dapat membuat banyak proyek pemerintah terhenti hingga APBN Perubahan ditetapkan.
Risiko ditekan
Secara terpisah di Bandung, Jawa Barat, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso meyakini pelemahan rupiah terhadap dollar AS hanya berlangsung sementara. Oleh karena itu, kondisi ini dinilai tak perlu dikhawatirkan.
”Dampak pelemahan rupiah akan dirasakan pengusaha. Bagi importir, akan membuat impor menjadi lebih mahal. Adapun bagi eksportir, dollar AS menguat akan membuat mereka semakin senang,” kata Wimboh.
Adapun terkait dampak pelemahan rupiah terhadap utang luar negeri, Wimboh memastikan sudah ada lindung nilai terhadap utang. Dengan demikian, risiko nilai tukar dapat ditekan.
Per akhir 2017, utang luar negeri RI sebesar 352,247 miliar dollar AS. Jumlah itu terdiri dari utang pemerintah dan BI sebesar 180,622 miliar dollar AS dan utang swasta 171,625 miliar dollar AS. (DIM/IDR)