Perajin dan pedagang telur asin di jalur pantai utara Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, tengah diuji. Tahun ini, tak sedikit usaha yang tutup karena sepi pembeli pascatol Trans-Jawa berangsur terhubung. Namun, semangat mereka untuk berusaha dan menjaga warisan usaha yang sudah lebih dari 30 tahun itu tetap ada.
Kisah yang sama menimpa pedagang rambutan, pemilik rumah makan, pedagang mangga, dan lain-lain, yang dulu berjaya di jalur pantura Jawa. Bagaimana upaya mereka untuk bertahan?
Sebelum Tol Pejagan-Brebes Timur di Kabupaten Brebes, beroperasi pada 2016, ruas pantura Losarang-Brebes merupakan jalur utama dari Jakarta dan sekitarnya menuju Jateng dan Jatim. Mampir membeli telur asin di Brebes seperti ritual yang sulit dilewatkan.
Namun, kisah itu kini bisa jadi hanya tinggal kenangan. Jalan tol jadi pilihan masyarakat, meninggalkan sejumlah pedagang telur asin yang mulai gulung tikar. Seperti Minggu (4/3), toko telur asin di daerah Tanjung, Bulakamba, hingga Ketangguhan di Brebes, tutup. Ada pengumuman, kios dijual atau dikontrakkan.
”Musim mudik 2016, omzet saya turun hingga 70 persen. Ini masa terberat,” ujar Komarudin (54), pemilik Toko Telur Asin HTM Jaya. Ia merupakan generasi kedua penerus usaha telur asin yang didirikan orangtuanya, Haji Tarifah Mukmin (HTM), sejak 1985.
Produksi telur asin yang pernah mencapai 3.000 butir anjlok hingga kurang dari 1.000 butir. Perajin di tempat usahanya pun berkurang, dari delapan orang menjadi empat.
Akan tetapi, Komarudin tetap optimistis dan inovatif. Tiga tahun terakhir, ia bergabung dengan situs jual beli dalam jaringan. Hasilnya, ia bisa menjual 500 butir telur asin per minggu.
Hal ini juga yang membuat Komarudin tidak ingin pindah saat banyak pedagang lain pindah ke tempat peristirahatan tol di Kilometer 252. Tahun lalu, Pemkab Brebes memfasilitasi gerai di tempat istirahat itu.
”Belum tentu laku dan biaya sewanya Rp 25 juta. Bagi usaha kecil menengah, biaya itu sangat memberatkan,” katanya.
Cara lain
Cara lain dilakukan pemilik Toko Telur Asin Hj Fatrikah Brebes, Hartini (49). Ia menyasar pasar lokal Brebes untuk melanggengkan usahanya, dengan membidik warga Brebes yang hendak menyelenggarakan hajatan. Hingga kini, telur asin menjadi hidangan wajib saat hajatan digelar warga Brebes.
Fatrikah (68), ibu dari Hartini, mengatakan, ia punya keyakinan bisa bertahan. Menurut dia, tantangan sudah ada sejak dulu. Sambil membesarkan anak, Fatrikah keluar masuk kampung menjajakan telur asin. Satu tangannya menggendong anak, satu tangan lain menenteng telur asin.
”Buktinya, saya berhasil membesarkan enam anak dari telur asin,” katanya.
Pengusaha Perry Tristanto menyarankan agar usaha kecil menengah (UKM) yang menjadi sepi segera berinovasi dengan masuk ke jalan tol. Para pengguna mobil enggan keluar dari jalan tol untuk membeli produk, sehingga pelaku UKM yang mendekati mereka dengan membangun bisnis di area peristirahatan itu.
”Enggak ada cara lain selain masuk ke area peristirahatan. Memang harus membayar, tidak masalah. Biaya itu dikompensasi ke harga produk. Pengguna jalan tol pasti mau membayar dengan harga mahal daripada memilih keluar dari jalan tol,” kata Perry.
Beberapa pelaku UKM sudah melakukan cara ini dan berhasil. (IKI/MAR)