Harga Batubara Melonjak, Laba Bersih Adaro Tumbuh 62 Persen
Oleh
DD14
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Produsen batubara PT Adaro Energy membukukan catatan positif pada tahun 2017. Laba bersih yang didapatkan Adaro pada 2017 sebesar 646 juta dollar AS atau naik 62 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 398 juta dollar AS. Kenaikan harga batubara secara global mempengaruhi kinerja positif tersebut.
“Pencapaian kinerja yang solid berkat disiplin biaya yang tinggi dan keunggulan operasional serta dukungan sektor batubara yang semakin baik,” tutur Garibaldi Thohir, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy melalui siaran persnya di Jakarta, Selasa (6/3)
Thohir mengatakan, Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) Adaro meningkat 47 persen di 2017. EBITDA Adaro tercatat sebesar 1,3 miliar dollar AS, meningkat dari tahun sebelumnya senilai 893 juta dollar AS.
“EBITDA tahun 2017 juga melebihi target yang berkisar 900 juta – 1,1 miliar dollar AS. Ini karena kenaikan harga jual rata-rata batubara,” ujar Thohir.
Seperti yang diketahui, harga batubara pada 2017 mencapai 85,9 dollar AS per ton setelah sempat anjlok di harga 60,1 dollar AS per ton. Pada 2016, rata-rata harga batubara hanya 61,8 dollar AS per ton.
Harga batubara di sepanjang 2018 semakin melesat, pada Maret, harga batubara acuan mencapai 101,86 dollar AS per ton.
Kontribusi
Thohir menyampaikan, peningkatan laba yang dibukukan oleh Adaro menyebabkan peningkatan kontribusi perusahaan terhadap pemerintah. Pada 2017 royalti yang dibayarkan ke pemerintah yaitu 346 juta dollar AS, atau naik 34 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Total produksi batubara pada 2017 mencapai 51,79 Mt (Metrik ton), sementara penjualan batubara mencapai 51,82 Mt,” ujar Thohir.
Pada 2017, total aset yang dimiliki Adaro mengalami peningkatan 4 persen dari tahun sebelumnya. Aset Adaro tercatat senilai 6,8 miliar dollar AS pada 2017. Pada 2016, total aset 6,5 miliar dollar AS.
Pada 2018 Adaro memproyeksikan dapat memproduksi batubara sebanyak 54 – 56 Mt dengan EBITDA sebesar 1,3 – 1,5 miliar dollar AS.
Sebelumnya, Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi Otoritas Jasa Keuangan Y. Santoso Wibowo mengatakan, pemulihan industri di sektor pertambangan berkontribusi terhadap sektor keuangan. Rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan di Indonesia pada Januari 2018, yaitu 2,86 persen. Rasio tersebut lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 3,09 persen.
“Salah satu penyumbang terbesar penurunan NPL itu di sektor perkebunan dan pertambangan. Hal itu karena sektor tersebut sudah mulai pulih saat ini,” kata Santoso.