Devisa untuk Jaga Rupiah
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada Rabu (7/3), nilai tukar rupiah Rp 13.763 per dollar AS. Nilai tukar terlemah sejak awal 2018 terjadi pada Kamis (1/3), yakni Rp 13.793 per dollar AS.
Bank Indonesia mengintervensi pasar dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah menggunakan cadangan devisa. Selain itu, pemerintah juga menggunakan cadangan devisa untuk membayar utang luar negeri.
Akibatnya, dalam sebulan, cadangan devisa berkurang 3,921 miliar dollar AS. Per akhir Februari 2018, cadangan devisa RI 128,059 miliar dollar AS, turun dari 131,98 miliar dollar AS pada akhir Januari 2018.
”Akan ada tambahan devisa dari hasil penerbitan sukuk global pemerintah sebesar 3 miliar dollar AS pada Maret 2018,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman dalam siaran pers, kemarin.
Bagi industri penerbangan, pelemahan rupiah terhadap dollar AS sangat memberatkan, terutama bagi maskapai penerbangan yang lebih banyak melayani penerbangan domestik. Sebab, pendapatannya lebih banyak dalam rupiah, tetapi pengeluaran untuk avtur lebih besar akibat selisih nilai tukar. Kondisi ini kian berat seiring kenaikan harga minyak.
Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo, di sela-sela penandatanganan kerja sama dengan PT Kalbe Farma Tbk, kemarin, menyebutkan, Citilink menghitung harga avtur 54 sen dollar AS per liter. Padahal, harga avtur saat ini 60 sen-61 sen dollar AS per liter. Selain itu, ada selisih nilai tukar yang harus diperhitungkan.
”Dengan dollar AS yang menguat ini, kami harus tetap ekspansi agar pendapatan tetap meningkat. Kami juga meningkatkan efisiensi dalam penggunaan bahan bakar,” katanya.
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan, sekitar 90 persen bahan baku industri farmasi diimpor. ”Setiap 10 persen depresiasi rupiah, ongkos produksi kami meningkat 3,5 persen,” katanya.
Dalam tiga hingga empat bulan mendatang, pergerakan nilai tukar ini masih bisa ditanggung industri farmasi. Namun, jika lebih dari empat bulan, akan terasa memberatkan. ”Kalau ada yang bisa naik harga, silakan. Namun, tidak semua pelaku usaha bisa melakukan itu. Jadi, harus melakukan efisiensi. Kami harus bersiap-siap dan mudah-mudahan rupiah tidak terus-menerus melemah,” kata Vidjongtius.
Sementara Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir menyampaikan, industri batubara dalam posisi netral. Sebab, penghasilan mereka seimbang antara dollar AS dan rupiah. ”Pengeluaran kami juga seimbang antara dollar AS dan rupiah. Namun, kami berharap agar nilai tukar ini segera stabil,” ujarnya.
Lindung nilai
Secara terpisah, Vice President Investor Communication PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo) Andromeda Tristanto menyampaikan, penguatan dollar AS terhadap rupiah tidak akan berpengaruh besar terhadap Indosat Ooredoo. Porsi utang bank dan obligasi Indosat Ooredoo dalam dollar AS sekarang hanya tinggal 5 persen dari total utang dan obligasi.
Group Head Corporate Communication PT XL Axiata Tbk Tri Wahyuningsih mengungkapkan, pelemahan rupiah terhadap dollar AS belum berdampak terhadap harga beli perangkat infrastruktur ke vendor. Sebab, kerja sama dengan vendor berdasarkan kesepakatan yang sedang berjalan. Sementara untuk utang dollar AS, XL Axiata sudah menerapkan lindung nilai.
Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sanny Iskandar mengatakan, beberapa industri tertekan karena beban biaya impor meningkat. Hal itu, antara lain, dialami industri di bidang elektronik.
Wakil Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Abdul Sobur menuturkan, pelemahan rupiah menguntungkan bagi eksportir mebel, kerajinan, dan industri lain yang kandungan lokalnya tinggi.
Secara terpisah, Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menilai, pelemahan rupiah menjadi sentimen negatif bagi sejumlah emiten yang banyak menggunakan bahan baku atau komponen impor serta emiten yang memiliki beban utang dalam bentuk dollar AS.
Adapun Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan berpendapat, pelemahan rupiah saat ini masih terbilang wajar. Menurut dia, rupiah tengah merespons rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Fed, pada tahun ini. Ia juga menilai, pelemahan rupiah ini hanya bersifat jangka pendek. (ARN/MED/CAS/DIM)