JAKARTA, KOMPAS - Pasar tengah bergerak ke bisnis berbasis pengalaman (experience).
Kultur tengah berubah, maka merek kuat pun akan mati-matian berubah. Untuk itu pemilik merek harus membaca lebih tepat dan akurat melihat perubahan agar menang.
Pendiri Markplus Inc Hermawan Kartajaya dalam #Wowbrand18 di Jakarta, Kamis (8/3) mengatakan, begitu sinyal lemah terlihat maka sangat berbabaya bagi pebisnis. Perusahaan harus bergerak cepat untuk bisa bertahan. Kalau perusahaan baru bergerak ketika ada sinyal kuat, maka akan bahaya.
"Orang mendadak kuliner dan mendadak ingin berwisata maka itu sudah menjadi tanda kebutuhan pengalaman. Teknologi digital memudahkan informasi akan tetapi risiko ekspekatasi terlalu tinggu harus diatasi," kata Hermawan.
Sementara itu Chief Operating Oficer Markplus, Inc Iwan Setiawan mengatakan, pebisnis perlu menciptakan pengalaman konsumen.
"Apa yang terjadi di pasar konsumen maunya sekarang. Takut ketinggalan. Baju yang baru yang mana? Kafe mana yang baru dimana? Meteka tidak membeli barang tetapi pengalaman. Hidup sekali maka kepemilikan menjadi tak berarti yang dibutuhkan adalah pengalaman," katanya.
Generasi baru bersifat amfibi yaitu membutkan aktifitas fisikal sekaligus masuk ke dunia digital. Fisik dan digital diambil menjadi hibrida. Pengalaman konsumen berupa personalisasi dan kustomisasi sesuai kebutuhan konsumen muda.