JAKARTA, KOMPAS PT Bank Central Asia Tbk menyalurkan kredit Rp 468 triliun atau tumbuh 12,4 persen pada 2017. Penyaluran kredit di segmen korporasi dan konsumer menjadi penopang utama.
Pada tahun ini, Bank Central Asia (BCA) tetap fokus pada kedua segmen itu. Untuk menggerakkan ekonomi nasional, BCA tidak hanya berpartisipasi dalam penyaluran kredit infrastruktur. Penyaluran kredit konsumer juga menggerakkan ekonomi nasional. BCA mencatat, pada 2017 kredit korporasi tumbuh 14,5 persen menjadi Rp 177,3 triliun.
Adapun kredit konsumer tumbuh 12,1 persen menjadi Rp 122,8 triliun. Pada portofolio kredit konsumer, kredit pemilikan rumah (KPR) meningkat 14,2 persen menjadi Rp 73 triliun dan kredit kendaraan bermotor meningkat 6,9 persen menjadi Rp 11,5 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (8/3), mengatakan, kredit konsumer jangan hanya dipahami sebagai kredit konsumtif. Kredit konsumer juga mampu menggerakkan ekonomi. Melalui KPR, sektor properti bergerak sehingga menyebabkan multiefek ke berbagai sektor.
Untuk itu, kami menerapkan strategi bunga murah KPR. Tujuannya adalah memacu konsumsi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
BCA membukukan laba bersih Rp 23,3 triliun pada 2017 atau tumbuh 13,1 persen. BCA juga mampu mengelola rasio kredit bermasalah (NPL) dengan menjaganya pada level terendah, yaitu 1,5 persen. Total cadangan kredit yang telah dibentuk sebesar Rp 14,6 triliun atau meningkat 5,2 persen dibandingkan 2016. Rasio cadangan terhadap NPL sebesar 190,7 persen.
Rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) BCA tercatat sebesar 78,2 persen dan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 23,1 persen. Dana pihak ketiga BCA juga tumbuh 9,6 persen menjadi Rp 581,1 triliun.
Sementara itu, pada 2017, Bank Syariah Mandiri membukukan laba bersih Rp 365 miliar. Tahun ini, strategi penyaluran pembiayaan secara selektif akan kembali diterapkan dengan fokus pada ritel serta usaha mikro, kecil, dan menengah. ”Strategi kami adalah fokus di pertumbuhan bisnis yang sehat. Jadi, kami akan selektif dan fokus pada ekosistem syariah,” kata Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri Toni EB Subari dalam paparan 2017, Kamis kemarin.
Laba bersih tercatat Rp 365 miliar, naik 12,22 persen dari tahun 2016. Pertumbuhan laba ditopang meningkatnya margin bagi hasil bersih dan pendapatan dari transaksi yang pada 2017 naik 14,35 persen menjadi Rp 701 miliar.
Hingga akhir 2017, Bank Mandiri Syariah telah menyalurkan pembiayaan Rp 60,69 triliun atau tumbuh 9,20 persen dibandingkan tahun 2016. Pertumbuhan pembiayaan diimbangi perbaikan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) dari 3,13 persen menjadi 2,71 persen. Toni mengatakan, kualitas pembiayaan dijaga dengan melakukan restrukturisasi. Pihaknya fokus ke segmen ritel dan UMKM yang jumlahnya besar. ”Pembiayaan fokus di ritel. Kesyariahan itu nempelnya di individu,” kata Toni.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Syariah Mandiri Ade Cahyo Nugroho mengatakan, rasio kecukupan modal hampir mencapai 16 persen.
Bank Indonesia (BI) mencatat, penyaluran kredit pada Januari 2018 sebesar Rp 4.661 triliun atau tumbuh 7,4 persen. Pertumbuhan kredit itu lebih rendah dari Desember 2017 yang sebesar 8,2 persen. Perlambatan pertumbuhan kredit itu terjadi pada seluruh jenis kredit berdasar penggunaan, yaitu kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. (HEN/NAD)