Kultur Masyarakat Berubah, Merek Harus Menyesuaikan
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS Pasar tengah bergerak dari industri jasa ke bisnis berbasis pengalaman (experience). Masyarakat makin melihat pengalaman sebagai kebutuhan. Terkait dengan kebutuhan itu, aktivitas fisik akan bergabung dengan pengalaman digital.
Pendiri Markplus Inc Hermawan Kartajaya dalam #Wowbrand18 di Jakarta, Kamis (8/3), mengatakan, kultur di masyarakat tengah berubah, maka merek kuat pun akan mati-matian berubah. Pemilik merek harus membaca lebih tepat dan akurat melihat perubahan agar menang.
Begitu muncul sinyal lemah, itu merupakan tanda akan muncul perubahan bagi pebisnis. Sekarang, seharusnya mulai berubah. Jika perusahaan baru bergerak saat ada sinyal kuat, sangat berbahaya.
Ia menyebutkan, orang mendadak senang berbagai pengalaman kuliner atau berwisata, itu sudah menjadi tanda kebutuhan pengalaman. Teknologi digital memudahkan informasi, tetapi risiko ekspektasi yang terlalu tinggi harus diatasi.
President of Marketing Institute of Singapore Roger Wang mengatakan, teknologi digital telah menghadirkan pengalaman yang luar biasa. Fasilitas ini bisa menjadikan antara lain mengunjungi restoran sebagai hiburan, kamar ganti di pusat perbelanjaan bisa digantikan dengan realitas tertambahkan (augmented reality), industri furnitur akan makin mudah melayani konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.
Ke depan, kita akan mampu menggabungkan antara kenyataan, realitas virtual, dan realitas tertambahkan. Ini yang disebut sebagai realitas bercampur.
Chief Operating Officer Markplus Inc Iwan Setiawan mengatakan, pebisnis perlu menciptakan pengalaman konsumen. Pengalaman ini merupakan kelanjutan dari ekonomi yang berbasis komoditas, manufaktur, dan industri jasa.
Menambah gudang
Kanal penjualan daring JD.ID berencana menambah tiga gudang lagi di luar Jawa untuk memperbesar layanan. Diharapkan, bukan hanya pasar yang makin luas, melainkan juga pengiriman barang menjadi lebih cepat dan kualitas layanan terjaga.
”Pelanggan harus senang. Kami menangani sendiri pengemasan dan pengiriman barang-barang. Jika diserahkan kepada pihak lain, kami sulit menjaga kualitas barang,” kata Head of Corporate Communications & Public Affairs PT Jingdong Indonesia Pertama (JD.ID) Teddy Arifianto, Kamis.
Saat ini, JD.ID memiliki lima gudang, yakni di Marunda (Jakarta), Medan, Surabaya, Pontianak, dan Makassar. Corporate Vice President JD.com Gloria Li mengatakan, di China, JD.com, induk usaha JD.ID, telah memiliki lebih dari 486 gudang yang tersebar di seluruh China. ”Banyaknya gudang yang kami miliki membuat JD.com menjadi ritel terbesar di China. Pertumbuhan kami meningkat 40,3 persen,” kata Gloria. (MAR/ARN)