BOGOR, KOMPAS — Bank Investasi Infrastruktur Asia diharapkan bisa ikut menjadi solusi percepatan dan peningkatan kualitas infrastruktur. Sejauh ini, AIIB baru ikut mendanai tiga proyek di Indonesia.
Presiden Joko Widodo, Senin (12/3) pagi, menerima kunjungan kehormatan sebelas direktur AIIB di Istana Bogor. Seusai pertemuan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Presiden Joko Widodo mengharapkan AIIB ikut berkontribusi mempercepat pembangunan infrastruktur. AIIB juga bisa ikut meningkatkan kualitas infrastruktur, baik dari sisi persiapan proyek, eksekusi, sampai standar lingkungan dan keamanannya.
Pemimpin delegasi AIIB, Christopher Legg, mengatakan, lewat kunjungan ini, AIIB dapat memahami bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen kuat untuk membangun infrastruktur.
AIIB berdiri pada 2016. Indonesia termasuk salah satu dari 57 negara pendiri. Indonesia juga merupakan negara anggota yang menyetorkan Rp 3 triliun dan menyumbang 4 persen dari saham AIIB (Kompas, Kamis 21 Januari 2016). Indonesia, menurut Sri Mulyani, adalah pemegang saham terbesar ke-10 di AIIB yang kini anggotanya mencapai 70 negara.
Dari 20 proyek yang didanai oleh AIIB, tiga di antaranya terdapat di Indonesia. Proyek pertama adalah pengembangan permukiman kumuh dengan pinjaman senilai 216 juta dollar AS. Program ini juga dibiayai dari pinjaman Bank Pembangunan Islam (IDB) sebesar Rp 329 juta dollar AS.
Program berikutnya merupakan pembiayaan pembangunan infrastruktur regional. Adapun program ketiga berupa perbaikan operasional dam senilai 125 juta dollar AS. Program perbaikan dam ini dilakukan untuk dam- dam yang sudah ada. Program-program ini juga didampingi pendanaan dari lembaga multilateral lain.
Ke depan, kata Sri Mulyani, Pemerintah Indonesia menyampaikan kemungkinan AIIB berkolaborasi dengan sektor swasta dan mendanai proyek-proyek strategis nasional. AIIB pun berencana melakukan pendanaan sendiri. Untuk itu, Pemerintah Indonesia akan menyiapkan proyek-proyek yang sesuai dengan prioritas AIIB, seperti pariwisata, pengelolaan air, energi terbarukan, terutama pembangkit listrik dari tenaga sampah dan pengelolaan sampah, serta penataan kawasan kumuh.
Kolaborasi
Terkait pengembangan infrastruktur logistik di daerah, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), menjalin kerja sama dengan tiga perusahaan swasta. Kerja sama bernilai Rp 1 triliun tersebut dilakukan Pelindo III dengan menggandeng PT Muria Sumba Manis (PT MSM), PT Sriboga Flour Mill PT (SFM), dan Adaro Logistic/PT Indonesia Bulk Terminal (PT IBT).
Pelindo III menggandeng MSM untuk mengembangkan Pelabuhan Kawasan Waingapu, Nusa Tenggara Timur. Adapun kerja sama dengan SFM terkait pengelolaan fasilitas Pelabuhan Tanjung Perak, Semarang. Sementara dengan Adaro Logistic/PT IBT, kerja sama difokuskan untuk pembentukan perusahaan patungan yang akan mengembangkan pelabuhan di kawasan ekonomi khusus Mekar Putih, Kalimantan Selatan.
Direktur Utama PT Pelindo III I Gusti Ngurah Ashkara Danadiputra mengatakan, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kerja sama dengan pihak swasta. Salah satunya, negara bisa lebih hemat berinvestasi untuk pembangunan. Hal itu karena modal investasi ditanggung bersama. Pada laporan keuangan tahun lalu, Pelindo III mencatatkan efisiensi biaya sebesar Rp 380 miliar.
Direktur Pengembangan Bisnis Adaro Logistic/PT IBT Lili Pratiwi mengatakan, kerja sama dengan Pelindo III dalam rangka mengembangkan pelabuhan di Mekar Putih, Kalimantan Selatan. Pelindo III menyertakan modal 56,6 persen, sedangkan 43,4 persen modal dari PT IBT. Investasi dari PT IBT itu akan diambilkan sepenuhnya dari belanja modal perusahaan yang tahun ini berkisar 750 juta-900 juta dollar AS.
Sementara itu, di Waingapu, NTT, Pelindo III menginvestasikan Rp 200 miliar untuk mengembangkan area Pelabuhan Waingapu. Kapasitas pelabuhan akan ditingkatkan agar kapal-kapal berukuran besar bisa singgah. ”Pengembangannya dibuat bertahap, tahun ini bisa 50 persen untuk digunakan langsung. Dermaga selesai sepenuhnya pada 2020,” kata Askhara.
Peningkatan kapasitas pelabuhan memudahkan arus impor dan ekspor mesin perkebunan dan pabrik gula di Waingapu. Direktur PT MSM Welly mengatakan, kerja sama dengan Pelindo III itu berpotensi mengefisiensikan pengeluaran. PT MSM tengah mengembangkan pabrik gula di kawasan tersebut. Oleh karena itu, mereka membutuhkan kapal berukuran besar untuk menangkut mesin-mesin pabrik yang menunjang aktivitasnya.
Sementara itu, PT Pelindo Properti Indonesia dan PT Lundin Industry Invest berkolaborasi membangun fasilitas perbaikan dan perawatan kapal yacht di Marina Boom Banyuwangi. Fasilitas ini diharapkan dapat menggaet wisatawan mancanegara ke Banyuwangi.
Marina Boom Banyuwangi merupakan kompleks pelabuhan wisata yang dikhususkan bagi kapal-kapal yacht dan kapal pesiar. Pembangunan proyek ini ditargetkan rampung sebelum pelaksanaan pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia pada Oktober mendatang. (DD10/GER/INA)