Pegadaian Menargetkan Laba Bersih Rp 2,7 Triliun pada 2018
Oleh
FER/NDY/DD14
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - PT Pegadaian (Persero) menargetkan laba bersih Rp 2,7 triliun pada 2018. Pegadaian menerapkan strategi lebih agresif dengan meningkatkan jumlah nasabah, pembenahan layanan digital, dan perluasan jangkauan.
Hal itu disampaikan Direktur Utama Pegadaian Sunarso dalam acara paparan kinerja 2017 di Jakarta, Kamis (15/3). ”Laba bersih Pegadaian tahun 2017 sebesar Rp 2,51 triliun dengan pendapatan usaha sebesar Rp 10,52 triliun, naik dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp 9,69 triliun,” kata Sunarso.
Adapun total aset Pegadaian tahun 2017 mencapai Rp 48,68 triliun, naik dari 2016 sebesar 46,87 triliun. Menurut Sunarso, setoran pajak dan dividen Pegadaian pada negara cukup besar. Setoran pajak Pegadaian tahun 2017 sebesar Rp 1,6 triliun dan setoran dividen sebesar Rp 1,02 triliun.
Direktur Produk Pegadaian Harianto Widodo mengatakan, pada 2018, Pegadaian menargetkan jumlah nasabah baru sebesar 2 juta nasabah. Tahun 2017, jumlah nasabah Pegadaian sebanyak 9,2 juta nasabah dan tahun 2016 sebanyak 8,9 juta nasabah.
Direktur Keuangan dan Teknologi Informasi egadaian Teguh Wahyono mengungkapkan, Pegadaian berencana melakukan belanja modal untuk pengembangan program digital di internal perusahaan sebesar Rp 500 miliar. Selain itu, PT Pegadaian juga berencana menawarkan layanan dan produk terbaru berbasis digital, seperti agen pegadaian.
Terkait pembiayaan untuk perusahaan, menurut Sunarso, Pegadaian juga telah menerbitkan obligasi sebesar Rp 3,5 triliun yang akan digunakan untuk pelunasan surat utang dan modal kerja.
Investasi petrokimia
Sementara itu, Siam Cement Group (SGC) akan segera membangun pabrik petrokimia di Cilegon, Banten. Keberadaan pabrik ini bisa mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku plastik yang sebagian besar masih diimpor.
Komitmen itu disampaikan CEO Siam Cement Group (SCG) Roongrote Rangsiyopash saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis. Ikut mendampingi Presiden antara lain Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Adapun Roongrote didampingi pimpinan SCG lainnya.
Saat ini, SCG memiliki 30 persen saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) yang telah memiliki satu pabrik naphta cracker di Cilegon. CAP akan memperluas usaha dan membangun pabrik kedua di Cilegon. Pabrik kedua ini akan berkapasitas dua kali dari kapasitas pabrik yang ada. Saat ini PT CAP memproduksi 900.000 ton naphta cracker per tahun.
”Kami berharap pemerintah mempercepat semua proses dan kami gembira karena pemerintah juga mendorong percepatan itu,” tutur Roongrote.
Menurut Airlangga, SGC akan mendapatkan fasilitas tax holiday. Sebab, selain nilai investasinya sangat besar, yakni 5,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 71,5 triliun, setelah beroperasi, pabrik akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap sejumlah bahan baku.
Adapun, lebih dari 50 persen kebutuhan industri dalam negeri terhadap bahan baku plastik dan bahan kimia diharapkan dapat diproduksi di dalam negeri pada 2023. “Permintaan produk petrokimia dalam negeri seperti polyethylene, propylene, dan produk turunan lainnya besar. Saat ini kapasitas kami hanya mampu menyuplai 30-35 persen kebutuhan dalam negeri. Sisanya harus impor. Kalau pabrik baru CAP 2 nanti sudah jadi, kami bisa menyuplai kebutuhan dalam negeri lebih dari 50 persen,” ujar Sekretaris Perusahaan CAP Suryandi di Jakarta.