Sebagai tuan rumah acara internasional, sorotan mata masyarakat dunia akan tertuju ke Indonesia. Kaki-kaki tamu dan pelancong juga akan menjejak wilayah RI. Mereka akan membawa kesan indah dan menyenangkan untuk dibagikan kepada saudara dan rekan di negara asal.
Kesan baik menjadi semacam promosi tak langsung. Promosi jitu jika digarap dengan baik, bisa mendatangkan manfaat bagi Indonesia, antara lain kedatangan wisatawan di kemudian hari. Adapun manfaat seketika berupa dampak ikutan dari kegiatan tersebut, antara lain pembuatan cendera mata, transportasi, pemesanan hotel, serta belanja makanan, minuman, dan hiburan. Kesan baik itu menjadi semacam promosi tak langsung.
Tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia pada 12-14 Oktober. Menurut rencana, pertemuan yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, itu akan dihadiri sekitar 15.000 orang, dari 189 negara anggota IMF dan Bank Dunia. Mereka adalah orang-orang yang bergerak di sektor keuangan dan perekonomian. Tak hanya dari pemerintahan, tetapi juga pebisnis dan pemimpin korporasi.
Asumsi sederhana, jika mereka menikmati suasana Bali selama acara, mereka tentu akan mempromosikan keindahan Bali kepada kolega dan keluarga. Begitu juga jika mereka singgah di daerah lain di sekitar Bali setelah acara utama berakhir. Untuk itu, pemerintah membentuk Panitia Nasional Pertemuan IMF-Bank Dunia yang diketuai Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Dibuat juga kegiatan Voyage to Indonesia yang memiliki tiga tujuan utama, yakni menunjukkan kondisi ekonomi RI, mempromosikan pariwisata Indonesia, serta mempromosikan perdagangan dan investasi Indonesia.
Dua daerah di sekitar Bali, yakni Banyuwangi (Jawa Timur) dan Lombok (Nusa Tenggara Barat), juga disiapkan sebagai daerah penyangga Bali.
Kepala Unit Kerja Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 Peter Jacobs memperkirakan, dana yang berputar pada kegiatan itu saja mencapai 100 juta dollar AS atau hampir Rp 1,4 triliun. ”Misalnya, dari pemesanan kamar hotel yang mencapai 4.000 kamar. Nilainya berapa itu? Lalu, untuk konsumsi dan sebagainya,” kata Peter.
Meski demikian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) masih menyiapkan model perhitungan dampak ekonomi acara tersebut. ”Dampak ekonomi meliputi dampak langsung dan dampak tidak langsung. Dari sisi lokasi, dampaknya bisa dibedakan menjadi daerah lokasi penyelenggaraan dan daerah sekitarnya,” kata Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro.
Pariwisata
Kepala Bidang Pemasaran Amerika Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Agustini Rahayu mengatakan, industri pariwisata nasional telah menyiapkan paket wisata terkait rangkaian acara itu. Paket-paket wisata tersebut difasilitasi Kemenpar.
”Paket-paket wisata ini menyasar peserta pertemuan dan relasi mereka,” ujar Agustini.
Mengutip buklet Wonderful Journey: Bali and Beyond Destination, Specially Presented to IMF-World Bank 2018 Delegation, lokasi yang dipilih adalah Bali, Lombok, Pulau Komodo, Yogyakarta, Tana Toraja, Danau Toba, dan Banyuwangi.
Untuk Bali, 33 paket wisata sudah disiapkan, misalnya paket perjalanan romantis atau Romantic Tour yang ditawarkan operator Bhara Tours. Dengan harga mulai 55 dollar AS per orang, termasuk makan siang, wisatawan diajak mengunjungi Mengwi, Pura Ulun Danu, Danau Beratan, serta berinteraksi langsung dengan masyarakat Bali di pasar tradisional.
Dari sisi pelaku pariwisata, kerja keras sudah dimulai sejak tahun lalu. Sejak September 2017, beberapa hotel mendapat pekerjaan tambahan untuk menyulap kamar-kamar tidur menjadi ruang kantor. Bali Nusa Dua Hotel, salah satu hotel yang terhubung dengan Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), lokasi utama Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018, mesti ”menyulap” 88 kamar dari 96 kamar hotelnya.
”Rasanya heboh sekali. Semua tempat tidur, meja, dan kursi di dalam 88 kamar hotel harus dikeluarkan. Pihak hotel harus menyewa beberapa kontainer untuk menyimpan tempat tidur, meja, kursi, dan semua barang di 88 kamar itu,” kata General Manager BNDCC Yasinta.
Kamar-kamar yang dipesan itu harus sudah siap sebulan sebelum hajatan internasional itu berlangsung. ”Kamar-kamar ini tidak boleh lagi disewakan dan sudah dibayar dengan perhitungan sejak September tahun lalu,” kata Yasinta. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Tjokorda Artha Ardhana Sukawati meyakini kegiatan pada Oktober mendatang akan berdampak luar biasa bagi pariwisata Bali. ”Kesiapan hotel dan restoran menjadi pencitraan yang bermanfaat jangka panjang,” katanya. Kesan manis yang dirasakan para tamu di Bali nanti akan diingat selamanya....