JAKARTA, KOMPAS — Pelaku industri asuransi jiwa optimistis melihat prospek bisnis 2018. Kinerja industri asuransi jiwa tahun ini diharapkan bertumbuh hingga 30 persen. Pada triwulan IV-2017 pendapatan yang dikumpulkan tercatat naik 21,7 persen senilai Rp 254,22 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
”Selama 10 tahun terakhir rata-rata pertumbuhan industri 10-30 persen tiap tahun. Pola yang sama akan terjadi tahun ini walaupun dalam situasi politik,” kata Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim di Jakarta, Minggu (18/3).
Pertumbuhan itu ditopang pendapatan premi yang naik 17,2 persen menjadi Rp 195,72 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 167 triliun. Adapun total premi bisnis baru Rp 127,88 triliun dan premi lanjutan Rp 67,84 triliun. Peningkatan pendapatan premi ini juga didukung oleh agen pemasaran yang semakin banyak.
Kepala Dapartemen Hubungan Internasional AAJI Nelly Husnayati mengatakan, saat ini tenaga agen pemasaran berlisensi di 60 perusahaan asuransi jiwa anggota AAJI berjumlah 584.469 orang. Jumlah agen itu meningkat 7,6 persen dari 543.192 orang pada 2016. Sebagian besar tenaga pemasar berasal dari saluran keagenan.
Sejumlah perusahaan asuransi jiwa kini memanfaatkan teknologi aplikasi untuk memperluas penetrasi pasar. Produk asuransi juga dibuat lebih sederhana, mudah dimengerti dan didapatkan agar bisa menarik minat konsumen usia muda. Meski berbasis teknologi, peran agen pemasaran penting karena penawaran asuransi butuh pendekatan personal. (KRN)