JAKARTA, KOMPAS — Potensi produk ekonomi kreatif belum optimal dikembangkan. Salah satu dampaknya adalah jangkauan pemasaran produk masih terbatas di lokasi sekitar tempat produksi. Selain itu, banyak usaha kreatif yang belum berbentuk badan hukum sehingga menyulitkan mereka memperoleh akses modal.
Pendiri Tokopedia William Tanuwijaya, Jumat (16/3), menyatakan komitmennya membantu para kreator lokal di delapan kota di Indonesia, melalui Maker Fest 2018. Pada kegiatan yang digelar April hingga Desember 2018 itu, para kreator atau pelaku usaha kreatif akan mendapat edukasi mengenai teknik pemasaran, tantangan, dan solusi dalam mengembangkan bisnis, serta teknik branding.
William yang juga Chairman Maker Fest mengatakan, kegiatan ini terinspirasi dari pengalaman mengelola Tokopedia. Sekitar 70 persen dari 2,7 juta penjual di Tokopedia adalah pelaku industri kecil menengah (IKM) baru. Dari jumlah ini, beberapa memproduksi produk ekonomi kreatif sendiri, selebihnya adalah pedagang.
”Bagi anggota Tokopedia yang produsen, merek produknya belum mampu diangkat sampai tingkat nasional. Status usaha mereka sering kali berhenti pada tahap UMKM,” ujarnya.
Maker Fest sebagai gerakan pemberdayaan kreator lokal didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika. Perusahaan logistik, JNE, juga ikut berpartisipasi.
Maker Fest akan dilaksanakan pada April hingga Desember 2018 di Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar. Di setiap kota itu digelar sesi seminar, berbagi ilmu dan keterampilan, kompetisi, serta pameran.
Pada kompetisi, tiga pemenang terbaik di setiap kota akan diuji di tingkat nasional dalam acara Festival Maker Space pada Desember 2018.
Kepala Bekraf Triawan Munaf mengemukakan, produk ekonomi kreatif lokal sangat potensial untuk diekspor. Namun, untuk menggapai tujuan itu, masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus diperbaiki. Ia berharap, pelaku bisnis kreatif Indonesia bisa memperluas skala usahanya.
Berdasarkan Data Statistik Ekonomi Kreatif Indonesia, pada 2016 sekitar 96,61 persen dari 8,2 juta total pelaku usaha ekonomi kreatif tidak berbadan usaha. Kurang dari 1 persen memiliki perusahaan berstatus perseroan terbatas. Hanya sedikit dari total pelaku usaha ekonomi kreatif yang sudah mempunyai pembukuan laporan keuangan.
”Masing-masing subsektor ekonomi kreatif mendapat penanganan berbeda. Kami benahi dari hulu-hilir. Misalnya, kami juga membantu memfasilitasi pendaftaran hak kekayaan intelektual dan akses pemasaran,” ujar Triawan. (DD10/MED)