JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan pembiayaan kendaraan bermotor pada 2018 bisa mencapai 20 persen. Pembangunan infrastruktur yang masif di sejumlah daerah di Indonesia menjadi stimulus terhadap permintaan kendaraan bermotor. Untuk itu, BRI fokus memperkuat penyaluran pembiayaan di daerah.
Direktur Bisnis Konsumer Bank Rakyat Indonesia (BRI) Handayani, Selasa (20/3), mengatakan, dengan target yang dicanangkan tersebut, pembiayaan yang disalurkan akan bernilai Rp 2,8 triliun. Pada 2017, realisasi penyaluran pembiayaan sebesar Rp 2,1 triliun.
Lebih lanjut Handayani menjabarkan, industri perusahaan pembiayaan menunjukkan tren yang positif. Hal itu ditandai dengan pertumbuhan piutang yang mencapai 7,05 persen dan rasio non-performing finance berhasil diturunkan dari 3,26 persen pada 2016 menjadi 2,96 persen pada 2017.
Menurut Handayani, pembangunan infrastruktur yang masif di sejumlah daerah membuka peluang peningkatan penetrasi penjualan kendaraan bermotor.
Pembangunan infrastruktur yang masif di sejumlah daerah membuka peluang peningkatan penetrasi penjualan kendaraan bermotor.
Executive Vice President Divisi Kredit Konsumer BRI Sutadi Prayitno mengatakan, BRI akan mengoptimalkan kerja sama dengan perusahaan pembiayaan di daerah guna mencapai target penyaluran pembiayaan. Pasar pembiayaan kendaraan bermotor di daerah dipandang sangat potensial. Saat ini ada 31 perusahaan pembiayaan yang menjadi rekanan BRI.
”Di kota-kota besar transportasi umum sudah banyak. Jadi arahnya sekarang banyak perusahaan pembiayaan yang bekerja sama dengan kami itu pemasarannya justru ke daerah, misalnya di Medan dan Makassar,” tutur Sutadi di Jakarta.
Menyangkut perkembangan teknologi finansial, Handayani menilai, perusahaan pembiayaan harus melihat itu sebagai peluang pertumbuhan bisnis. Tantangan lainnya adalah perkembangan penjualan kendaraan bermotor roda empat pada 2017 yang hanya sebesar 1,6 persen atau 1,079 juta unit. Sementara pertumbuhan penjualan roda dua turun 0,76 persen atau 5,8 juta unit dibandingkan tahun 2016 sebanyak 5,9 juta unit.
”Masih jauh bagi kita untuk menyimpulkan industri otomotif Indonesia sudah mencapai klimaks. Perusahaan pembiayaan harus mencari alternatif bisnis pembiayaan baru, segmen baru, dan pasar baru,” kata Handayani.