JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk membagikan 45 persen dari laba bersih 2017 sebagai dividen kepada pemegang saham. Dengan laba bersih Rp 29,04 triliun sepanjang 2017, laba bersih yang dibagikan itu Rp 13,04 triliun.
Adapun 55 persen laba bersih menjadi saldo laba ditahan.
Direktur Utama BRI Suprajarto, seusai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), di Jakarta, Kamis (22/3), mengatakan, dividen sebesar 45 persen dari laba bersih itu terdiri dari dividen reguler Rp 8,69 triliun dan dividen spesial Rp 4,34 triliun. Dividen reguler sebesar 30 persen dari laba bersih, sedangkan dividen spesial sebesar 15 persen dari laba bersih.
Tahun lalu, BRI membagikan dividen Rp 10,47 triliun. Nilai itu setara dengan 40 persen laba bersih 2016 yang mencapai Rp 25,8 triliun.
Laba bersih BRI pada 2017 tumbuh 10,7 persen dari tahun 2016. Pertumbuhan laba bersih itu ditopang penyaluran kredit BRI secara konsolidasi sebesar Rp 739,3 triliun atau tumbuh 11,4 persen dalam setahun.
Pada 2017, aset BRI tumbuh 12,2 persen menjadi Rp 1.126,2 triliun. Dana pihak ketiga BRI tumbuh 11,5 persen menjadi Rp 841,7 triliun, yang didominasi dana murah sebesar 59 persen (Kompas, 25/1/2017).
RUPST juga menyetujui penunjukan kantor akuntan publik untuk mengaudit laporan keuangan konsolidasi serta laporan keuangan pelaksanaan program kemitraan dan program bina lingkungan tahun buku 2018, serta rencana aksi perseroan. Dalam RUPST juga dipaparkan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum obligasi berkelanjutan.
Kemarin, RUPST menyetujui pengangkatan Supari, Achmad Solichin, dan Osbal Saragi Rumarhobo sebagai direktur. Adapun Susy Liestiowaty dan Donsuwan Simatupang berakhir masa tugasnya sebagai direktur.
Asuransi
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso menyampaikan, Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 (AJBB) diizinkan memasarkan kembali produk asuransinya. Pemeriksaan AJBB dilakukan pada 7-23 Februari untuk memastikan kesiapan operasional perusahaan.
Adapun pemeriksaan tersebut antara lain mencakup kesiapan produk yang akan dipasarkan, program pemasaran dan keagenan, kebijakan dan standar operasional, sistem informasi dan teknologi, kapabilitas karyawan, serta infrastruktur pendukung lainnya.
”Berdasarkan laporan Pengelola Statuter AJBB dan hasil pemeriksaan OJK, AJBB siap beroperasi kembali. Produk asuransinya sejalan dengan upaya program penyehatannya,” kata Wimboh.