JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina Hulu Energi mempersiapkan pengeboran 10 sumur eksplorasi sepanjang tahun 2018. Sumur eksplorasi ini diharapkan dapat menambah cadangan minyak dan gas bumi yang kian menipis.
Nilai investasi berkisar 100 juta-177 juta dollar AS atau Rp 1,3 triliun-Rp 2,4 triliun. Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Abdul Mutalib Masdar mengatakan, pengeboran akan dilakukan di Blok Kampar Riau, Nunukan, North Sumatera Offshore (NSO), dan West Madura Offshore (WMO).
Saat ini sedang berlangsung pengeboran sumur eksplorasi KKX-1 di Blok Offshore North West Java (ONWJ). Nantinya, di Blok NSO akan ada tiga pengeboran sumur eksplorasi.
”Sejauh ini ditargetkan 10-12 sumur eksplorasi pada tahun 2018. Temuan cadangan minyak dan gas bumi tahun lalu bisa meningkatkan produksi meski tidak signifikan,” ujar Abdul dalam konferensi pers kinerja tahunan PHE 2017 di Jakarta, Jumat (23/3/2018).
Produksi minyak bumi PHE naik 11 persen dari 62,6 ribu barrel per hari (MBOPD) pada 2016 menjadi 69,3 MBOPD pada 2017. Produksi gas bumi juga meningkat dari 722 standar juta kaki kubik per hari (MMSCFD) pada 2016 menjadi 723,5 MMSCFD pada 2017.
Peningkatan produksi didorong temuan cadangan minyak dan gas bumi sebesar 517,21 MMBOE. Total investasi untuk seluruh kegiatan eksplorasi berkisar Rp 2,06 triliun-Rp 2,75 triliun.
Selain eksplorasi, PHE mengembangkan 21 sumur baru dan memperbaiki 34 sumur lama. Target produksi minyak tahun 2018 sekitar 70,41 MBOPD dan gas bumi 771 MMSCFD. Total investasi tahun 2018 mencapai 536,54 juta dolar AS atau Rp 7,4 triliun.
Direktur Finance dan Business Support PHE Huddi Dewanto mengatakan, harga minyak yang membaik berdampak pada kinerja keuangan. Pendapatan korporat naik 130 persen dari Rp 21,12 triliun pada 2016 menjadi Rp 27,54 triliun pada 2017. Laba bersih juga naik 131 persen menjadi Rp 3,4 triliun tahun 2017.
Target produksi gas siap jual PHE pada 2017 meleset. Target 591,3 MMSCFD hanya terealisasi 561 MMSCFD. Menurut Abdul, produksi serapan gas di lapangan tidak optimal karena masalah infrastruktur.
Secara terpisah, 16 pemerintah kota dan kabupaten menandatangani nota kesepahaman dengan Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk penyediaan dan distribusi gas bumi melalui jaringan rumah tangga pada 2018.
Pelaksana Tugas Dirjen Migas Ego Syahrial menyebutkan, program distribusi gas melalui jaringan rumah tangga ini menjadi prioritas nasional hingga 2019. Hingga tahun 2017, total jaringan rumah tangga mencapai 228.515 sambungan yang tersebar di 32 kota/kabupaten di 15 provinsi. Pemerintah menargetkan sambungan 500.000 jaringan rumah tangga hingga Desember 2019.