JAKARTA, KOMPAS — Harga bahan bakar umum jenis pertalite naik untuk kedua kalinya tahun ini. Kenaikan harga pertalite tersebut dipicu kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Pada laman resmi Pertamina, harga pertalite (RON 90) naik Rp 200 per liter sejak Sabtu (24/3). Harga pertalite di wilayah Jawa menjadi Rp 7.800 per liter. Adapun harga di wilayah Sumatera Rp 8.000 per liter; Riau dan Kepulauan Riau Rp 8.150 per liter; serta Kalimantan, Sulawesi, dan Papua Rp 8.000 per liter. Sebelumnya, pada Januari lalu, harga pertalite naik Rp 100 per liter.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito menjelaskan, kenaikan harga pertalite disebabkan kenaikan rata-rata harga minyak dunia. Penetapan harga bahan bakar umum oleh badan usaha harus mempertimbangkan pergerakan harga minyak dunia.
”Dari hasil penelitian, 93 persen pembentuk harga bahan bakar tidak bisa dikendalikan. Artinya, kenaikan harga bahan bakar dalam negeri bukan atas kendali Pertamina, melainkan harga minyak dunia,” kata Adiatma yang dihubungi Minggu (25/3) di Jakarta.
Menurut Adiatma, kemungkinan harga bahan bakar kembali naik bisa saja terjadi, bergantung pada pergerakan harga minyak dunia. Namun, ia memastikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dijual Pertamina lebih murah daripada harga di perusahaan kompetitor asing.
Kenaikan harga pertalite dinilai tak akan memengaruhi konsumen beralih ke BBM yang harganya lebih murah. Hal ini karena mayoritas kendaraan keluaran terbaru mengharuskan bahan bakar RON paling rendah 90.
Data Pertamina menunjukkan, konsumsi pertalite merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan BBM jenis lain. Pada 2017, rata-rata konsumsi pertalite 42.400 kiloliter per hari, lebih banyak dari premium yang sebesar 31.970 kiloliter per hari. Adapun konsumsi pertamax rata-rata 16.000 kiloliter per hari (Kompas, 26/2/2018).
Wajar
Pengajar pada Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Jakarta, yang juga pendiri ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto, menilai kenaikan harga pertalite merupakan langkah wajar. Kondisi itu dipicu kenaikan harga minyak mentah dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS beberapa minggu terakhir.
Mengutip laman Bloomberg, harga minyak mentah WTI kemarin 65,88 dollar AS per barrel, sedangkan jenis Brent 70,45 dollar AS per barrel. Adapun nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate pada Jumat (23/3) sebesar Rp 13.780 per dollar AS.
”Ini sesungguhnya fenomena bisnis yang biasa. Badan usaha harus mengatur strategi ketika indikator terpenting, harga minyak dunia, tinggi,” kata Pri Agung.