RI Bisa Manfaatkan Celah AS-China
JAKARTA, KOMPAS — Potensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China menguat. AS kembali akan menaikkan bea masuk produk-produk China. Sementara China sudah ancang-ancang membalas perlakuan itu.
Bagi Indonesia, celah dari perang dagang itu harus dapat dimanfaatkan.
Setelah menaikkan bea masuk baja dan aluminium China, Amerika Serikat (AS) kembali akan menaikkan bea masuk produk-produk China dengan kebijakan tarif senilai 30 miliar dollar AS. China berencana membalasnya dengan menaikkan tarif barang-barang AS yang nilainya diperkirakan 3 miliar dollar AS per tahun. China sedang merancang kenaikan bea masuk hingga 25 persen, terutama untuk produk-produk unggulan AS.
Head of Industry and Regional Research Department Office of Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani, kepada Kompas, Minggu (25/3), mengatakan, perang dagang AS-China akan berdampak positif dan negatif bagi Indonesia. Dampak positifnya, peluang pasar di AS lebih terbuka untuk mengisi kekurangan pasokan dari China.
Kemungkinan peluang pasar itu adalah untuk produk-produk garmen atau pakaian jadi karena selama ini garmen masih menjadi andalan ekspor Indonesia, termasuk ke pasar AS. Untuk memanfaatkan pasar industri garmen di AS, diperlukan pendekatan bilateral yang lebih agresif terhadap Pemerintah AS.
”Selain itu, perwakilan Indonesia di AS atau di negara-negara mitra dagang AS harus bisa membaca celah pasar dalam perang dagang. Perkuat merketing intelligence dan kerja sama dengan pelaku usaha di dalam negeri,” katanya.
AS adalah mitra dagang China terbesar dengan pangsa pasar 22,9 persen dari total ekspor China. Total impor Amerika dari China pada 2017 sebesar 256 miliar dollar AS. Sebaliknya, China bukan mitra dagang terpenting bagi AS karena hanya memiliki pangsa pasar 8,4 persen dari total ekspor AS.
Total impor China dari AS pada 2017 sebesar 130 miliar dollar AS. Impor terbesar AS dari China meliputi barang-barang elektronik yang mencapai 553 miliar dollar AS, mesin-mesin 343 miliar dollar AS, pakaian jadi 146 miliar dolar AS, dan furnitur 83 miliar dolar AS.
Menurut Dendi, jika perang dagang itu berlanjut dengan tindakan saling balas, banjir barang impor dari China ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, akan terjadi. Kemungkinan besar, China akan menjual produk-produknya dengan harga murah ke negara-negara lain.
Menghadapi hal itu, Pemerintah RI mesti bersiap dan waspada dengan menerapkan tindakan pengamanan perdagangan untuk melindungi pasar domestik.
”Selain baja dan aluminium, beberapa barang dari China yang berpotensi membanjiri pasar domestik meliputi produk-produk elektronika dan pakaian jadi,” kata Dendi.
Imbal dagang
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menyampaikan, Indonesia memang bisa memanfaatkan celah dari perang dagang AS-China. Namun, tantangannya cukup berat karena harus bersaing dengan negara-negara seperti Etiopia, Jordania, dan Mesir yang bea masuknya ke AS nol persen.
Selain itu, dalam tujuh tahun terakhir, ekspor tekstil dan garmen Indonesia ke AS turun 2-3 persen per tahun. Tujuh tahun lalu, ekspor tekstil dan garmen Indonesia ke AS senilai 4,8 miliar dollar AS. Namun, pada 2017 tinggal 3,9 miliar dollar AS.
”Indonesia yang pada 2010 berada di peringkat 3 ekspor tekstil dan garmen ke AS kini ada di peringkat 6. Peringkat itu tergeser Vietnam, Bangladesh, dan India yang produk-produk tekstil dan garmennya berdaya saing tinggi,” katanya.
Ade menambahkan, Indonesia bisa memanfaatkan celah dagang itu melalui skema imbal dagang. Selama ini Indonesia telah mengimpor pesawat, kedelai, dan jagung. Indonesia bisa meminta AS menerapkan skema imbal dagang dengan meningkatkan pembelian produk-produk Indonesia, termasuk tekstil dan garmen.
”Yang perlu diwaspadai dari perang dagang AS-China adalah adanya kemungkinan China berinvestasi ke negara-negara yang bea masuknya ke AS nol persen. Dengan investasi itu, negara asal produk barang itu tidak lagi China. Padahal, barang-barang tersebut hasil produksi perusahaan China yang berinvestasi di negara-negara yang bea masuknya nol persen,” kata Ade.