JAKARTA, KOMPAS — Citibank Indonesia memprakarsai investasi ”Asia to Asia” untuk meningkatkan investasi di Indonesia. Prakarsa itu didorong keterbukaan iklim investasi di Indonesia dan pertumbuhan perusahaan-perusahaan multinasional di Asia yang cukup pesat.
Chief Executive Officer Citibank Indonesia Batara Sianturi, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (26/3/2018), mengatakan, perusahaan multinasional dari Korea, Jepang, dan China berkembang sangat pesat. Perusahaan-perusahaan itu kini sejajar dengan perusahaan multinasional dari Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa. Hal itu merupakan potensi investasi bagi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
”Citibank Indonesia akan berkolaborasi dengan Citibank di negara-negara Asia untuk mendatangkan investasi ke Indonesia. Saat ini portofolio perusahaan multinasional Asia yang menjadi nasabah Citibank sebesar 30 persen. Ke depan, portofolio itu diperkirakan akan terus bertambah,” katanya.
Citibank Indonesia, lanjut Batara, telah menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal untuk mendatangkan investasi dari China. MoU itu terkait dengan Prakarsa Sabuk dan Jalan Sutera yang diinisiasi China.
Menurut Batara, prakarsa investasi ”Asia to Asia” itu juga dalam rangka meningkatkan kinerja Citibank di bisnis perbankan institusional dan perbankan konsumer. Pada 2017, Citibank Indonesia membukukan laba bersih Rp 2,51 triliun atau meningkat 10 persen dari 2016.
Batara menambahkan, tahun ini Citibank Indonesia menargetkan kredit tumbuh 8 persen. ”Tahun lalu, kredit hanya tumbuh 2 persen karena permintaan lemah dan banyak korporasi yang masih konsolidasi,” kata Batara.
CIMB Niaga Syariah
Kinerja unit usaha syariah dari PT Bank CIMB Niaga Tbk meningkat tahun lalu. Kinerja itu antara lain tecermin dari aset yang mencapai Rp 23,6 triliun. Namun, aset yang cukup besar ini belum cukup kuat mendorong unit usaha syariah Bank CIMB Niaga untuk memisahkan diri menjadi bank syariah.
”Kami memang berencana untuk spin off pada tahun 2018. Kami juga sudah membentuk tim khusus untuk mempersiapkannya. Namun, masih sampai tahap itu, belum fokus untuk benar-benar memisahkan diri. Nanti kalau aset kami sudah mencapai Rp 40 triliun, baru kami memikirkan untuk spin off,” kata Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara di Jakarta.