Ida Ayu Made Anitri (48) tidak menyangka jika bumbu rujak khas Bali buatannya diminati banyak orang, bahkan laris diserbu pembeli. Padahal, semula bumbu rujak itu dibuat untuk memenuhi pesanan kerabatnya. Sebagai penggemar rujak, tentu saja ia menyanggupi pesanan kerabatnya itu.
Pembuatan bumbu rujak dalam kemasan botol plastik yang dirintis Ida Ayu Made Anitri bermula dari pesanan pribadi yang diterimanya sekitar tahun 2007. Saat itu, Ida Ayu Made diminta kerabatnya membuatkan rujak buah.
Ia lantas menyiapkan rujak buah dengan bumbu rujak yang dibungkus secara terpisah. ”Ternyata bumbu rujaknya itu yang justru dipesan lagi,” kata Ida Ayu Made di Banjar Buruan, Desa Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu.
Terkesan dengan rasa bumbu rujak racikan Ida Ayu Made, kerabatnya itu mengusulkan Ida Ayu Made menjual bumbu rujak racikannya. Ida Ayu Made kemudian membuat bumbu rujak yang dikemas dalam botol plastik untuk dijual.
Dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-29 tahun 2007, Ida Ayu Made berjualan rujak dan juga bumbu rujak dalam botol plastik itu. Bumbu rujak itu diberi merek ”Dayu Ade”.
”Selama pameran di PKB itu berlangsung, saya menyiapkan 20 botol bumbu rujak dan 50 bungkus rujak buah setiap hari. Bumbu rujaknya selalu habis dibeli pengunjung,” kata Ida Ayu Made.
Setelah ajang PKB 2007 selesai, Ida Ayu Made meneruskan usaha pembuatan bumbu rujak ”Dayu Ade”. Usaha rumahan yang dirintis Ida Ayu Made itu didukung sang suami, Ida Bagus Putu Sudarsana.
Usaha rumahan itu pun menyerap tenaga kerja. Semula dua karyawan dipekerjakan untuk meningkatkan produksi bumbu rujak khas Bali. Pesanan yang semakin bertambah membuat Ida Made Ayu menambah jumlah karaywannya menjadi enam orang.
Saat ini, usaha rumahan itu memproduksi rata-rata 300 botol bumbu rujak setiap hari.
Level pedas
Bumbu rujak khas Bali ”Dayu Ade” laris dibeli konsumen karena bumbu rujaknya pekat dan kental, dengan rasa terasi bakar. Selain itu, bumbu rujak tersebut memiliki rasa asam cuka, manis, dan rasa pedas cabai. Bumbu rujak ini cocok dikombinasikan dengan buah segar sesuai selera.
Bumbu rujak ”Dayu Ade” menggunakan enam bahan dasar, yaitu terasi, cuka, garam, gula, cabai, dan air. Ida Ayu Made membuat bumbu rujaknya dalam tiga tingkat kepedasan, yakni level sedang, level pedas, dan level superpedas. Semakin tinggi tingkat kepedasannya, semakin banyak jumlah cabai yang digunakan.
Untuk bumbu rujak level sedang, Ida Ayu Made menggunakan empat cabai dalam setiap racikan. Adapun untuk level pedas menggunakan 10 cabai, sedangkan level superpedas menggunakan 15 cabai.
Setiap hari, dibutuhkan sekitar 5 kilogram (kg) cabai dan 100 kg gula untuk menghasilkan 300 botol bumbu rujak.
Bumbu rujak itu dikemas dalam botol plastik berisi 330 mililiter (ml) untuk ukuran mini, 600 ml untuk ukuran sedang, dan 1,5 liter untuk ukuran jumbo. Satu botol bumbu rujak ukuran mini, menurut Ida Ayu Made, cukup untuk 10 porsi rujak buah. Bumbu rujak terlaris adalah yang dikemas mini dan sedang. Harga kemasan mini Rp 15.000 per kemasan.
Bumbu rujak Ida Ayu Made sudah menjadi produk industri rumah tangga untuk skala usaha mikro dan kecil (UMK). Usaha rumahan itu menjadi usaha kelompok warga atau Kelompok Usaha Bersama Karang Taruna Asta Dharma di Desa Sanur Kaja.
Produk bumbu rujak dalam botol ”Dayu Ade” sudah mendapat sertifikat produksi pangan industri rumah tangga dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar sejak 2012. Usaha rumahan itu rutin diperiksa dinas kesehatan setiap bulan. Ida Ayu Made mengatakan, bumbu rujak buatannya tidak menggunakan pengawet dan dapat bertahan selama dua bulan.
Pemasaran
Ida Ayu Made menyatakan, mereka tidak memiliki toko khusus untuk menjual bumbu rujak dalam botol itu. Pembeli biasanya datang langsung ke rumahnya di Jalan Danau Beratan, Sanur, Denpasar Selatan. Selain dijual di rumah, bumbu rujak ”Dayu Ade” juga tersedia di sejumlah pusat perbelanjaan di Kota Denpasar.
Kini, Ida Ayu Made sedang mencari cara dan peralatan yang cocok untuk mengemas bumbu rujak buatannya itu dalam kemasan kecil atau saset. Setiap bungkus saset, ujarnya, bumbu rujaknya itu cukup untuk satu porsi rujak buah.
”Saya berharap bumbu rujak Bali ini semakin disukai masyarakat secara luas,” katanya.