TANGERANG, KOMPAS — Indonesia yang akan didominasi 30 persen penduduk berusia 20-39 tahun pada 2025 menjadi pasar besar bagi industri alas kaki lokal. Pelaku industri kecil dan menengah sektor alas kaki diharapkan dapat meningkatkan keterampilan di bidang desain, foto, dan video untuk menarik minat pembeli baru.
Menurut anggota Staf Bagian Program Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia Kementerian Perindustrian, Alfiyan Darojat, di sela-sela acara Makers Talk #2 Challenge Your Creativitydi Tangerang, Selasa (3/4/2018), Indonesia akan memiliki bonus demografi pada 2025.
Bonus demografi adalah fenomena di mana porsi penduduk yang produktif lebih besar daripada porsi penduduk yang tidak produktif.
Ia menilai, dengan adanya bonus demografi, maka muncul kelas menengah baru. Mereka berpotensi besar menjadi pasar baru bagi pelaku industri kecil dan menengah sektor alas kaki.
Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Badan PBB untuk Pendanaan Kependudukan (UNFPA), Indonesia akan memiliki 284,82 juta jiwa pada 2025. Jumlah penduduk kelompok umur 20-39 tahun akan menjadi 85,86 juta jiwa.
”Ditambah lagi, saat ini terjadi perubahan pola konsumsi per kapita masyarakat,” kata Alfiyan. Sebelumnya, konsumsi per kapita adalah 1,8 pasang per tahun dan sekarang menjadi 3,3 pasang per tahun. Artinya, kebutuhan sepatu orang Indonesia kini menjadi lebih dari tiga pasang per tahun.
Data dari BPIPI Kementerian Perindustrian menyebutkan, terdapat sekitar 33.000 pelaku IKM sektor alas kaki, sedangkan pelaku industri besar berkisar 250 perusahaan.
Alfiyan menambahkan, pelaku IKM harus mulai memperhatikan desain sepatu yang menarik dan unik, serta promosi produk melalui foto dan video dengan cara yang kreatif. Di era digital ini, ketiga faktor tersebut menjadi hal yang vital agar usaha tetap bertahan.
Videografer dan Founder Layaria, perusahaan kreator konten video daring, Dennis Adhiswara, menyatakan, foto dan video suatu produk yang diunggah ke media sosial memiliki tiga nilai yang patut untuk diperhatikan.
”Ketiga nilai itu adalah creativtiy, production, dan distribution value,” ujar Dennis dalam diskusi Makers Talk #2 Challenge Your Creativity. Terkait nilai produksi (production value), ia mencontohkan, orang lebih memperhatikan foto yang obyek utamanya menjadi fokus, sedangkan obyek sekitarnya sedikit buram. Konsep serupa dapat diterapkan ketika memotret sepatu.
Sementara itu, fotografer Jerry Aurum menyatakan, foto suatu obyek akan lebih baik ketika memiliki latar belakang yang polos. ”Latar belakang putih akan membuat orang fokus ke benda yang menjadi obyek utama,” ujarnya.