JAKARTA, KOMPAS — Jumlah warga negara Jepang yang melakukan perjalanan wisata internasional mencapai 22 juta orang. Dari jumlah itu, hanya 2,33 persen di antaranya berkunjung ke Indonesia.
Berangkat dari kondisi tersebut, upaya menarik turis Jepang datang ke Indonesia memerlukan kerja keras. Selain promosi investasi, pemasaran destinasi Nusantara perlu ditingkatkan.
Managing Director Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Toto Pranoto mengemukakan pandangannya tersebut, Rabu (4/3/2018), di Jakarta, di sela-sela konferensi pers Second Indonesia Week 2018.
Second Indonesia Week 2018 merupakan festival kolaborasi yang bertujuan mewartakan berita baik Indonesia. Lokasi acara di bawah Nagoya TV Tower, area Mochinoki Hiroba, Nagoya (Jepang). Festival akan diisi pameran produk lokal Indonesia, promosi destinasi dari pemerintah daerah di Indonesia, dan seminar.
Festival didukung kementerian dan lembaga, antara lain Kementerian Pariwisata, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Kementerian Perdagangan.
Toto memandang pariwisata merupakan sektor industri yang potensial untuk dibahas kedua negara. Apalagi tahun ini bertepatan dengan peringatan 60 tahun hubungan bilateral Indonesia-Jepang. Hubungan dagang yang selama ini terbentuk lebih banyak berurusan tentang sektor di luar wisata.
Mengacu data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sepanjang tahun 2017, realisasi investasi penanaman modal asing terbesar berasal dari lima negara, yakni Singapura (8,4 miliar dollar AS), Jepang (5,0 miliar dollar AS), China (3,4 miliar dollar AS), Hong Kong (2,1 miliar dollar AS), dan Korea Selatan (2,0 miliar dollar AS).
”Indonesia membutuhkan masukan mengenai bahan memasarkan destinasi Nusantara kepada warga negara Jepang. Selama ini kan kabarnya turis Jepang masih banyak ke Bali. Bagaimana dengan 10 destinasi prioritas Bali baru?” ujar Toto yang juga menjabat sebagai Dewan Pembina Be Indonesia, komunitas penyelenggara Second Indonesia Week 2018.
Ketua Second Indonesia Week 2018 Windu Widjaya menjelaskan, Nagoya dipilih lantaran 30 persen perusahaan Jepang yang pernah berinvestasi ke Indonesia berkantor di sana. Selain itu, sejumlah perusahaan asing juga berkantor di sana.