Stabilitas Rupiah Dijaga
JAKARTA, KOMPAS--Bank Indonesia memperkuat akselerasi pendalaman pasar keuangan. Prioritas kebijakan tetap diarahkan antara lain pada stabilitas nilai tukar rupiah.
Langkah ini dijaga di tengah perang dagang Amerika Serikat dan China.
“Di tengah kekhawatiran perang dagang AS-China, kami melihat arah untuk kesepahaman itu ada. Sejumlah pejabat dunia juga menyakinkan akan ada solusi atas perang dagang ini sehingga tidak terjadi kondisi yang tidak diinginkan,” kata Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo saat menghadiri sidang paripurna DPR di Jakarta, Selasa (3/4/2018).
Sidang paripurna DPR mengesahkan Perry Warjiyo sebagai Gubernur BI periode 2018-2023 dan Dody Budi Waluyo sebagai Deputi Gubernur BI periode 2018-2023. Perry mulai menjabat 23 Mei 2018 dan Dody pada 15 April 2018.
Agus menambahkan, negara-negara di dunia mulai merespons atas kekhawatiran perang dagang AS-China. Sejumlah pejabat dunia terkait juga sedang menyusun mekanisme agar dampak buruk dari perang dagang tidak secara ekstrem mengubah lanskap perdagangan dunia.
Untuk menjaga stabilitas rupiah, BI memprioritaskan kebijakan pendalaman pasar keuangan. Menurut Agus, tekanan yang terjadi pada Februari 2018 secara perlahan mulai teratasi. Dana asing kini kembali masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) sehingga transaksi valuta asing meningkat dari sekitar Rp 5 miliar per hari menjadi Rp 6,6 miliar per hari.
Agus mengatakan, pendalaman pasar keuangan ini juga efektif menahan depresiasi rupiah. Sejak awal tahun ini hingga 29 Maret, nilai tukar rupiah terhadap dolar terdepresiasi 1,45 persen. Depresiasi lebih tajam terjadi di Filipina, India, dan Turki. Saat ini pasar global mulai stabil pasca pengumuman kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Fed.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) kemarin, nilai tukar rupiah Rp 13.765 per dollar AS. Sejak awal tahun hingga kemarin, nilai tukar rupiah terlemah pada 9 Maret, yakni Rp 13.794 per dollar AS.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, BI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Keuangan berkoordinasi agar pendalaman pasar keuangan bisa membantu pembiayaan infrastruktur. Nantinya, swasta bisa membantu pembangunan infrastruktur melalui penerbitan sekuritas.
“Dalam konteks ini, biaya pembangunan infrastruktur bisa mengurangi beban fiskal,” ujar Perry.
Koordinasi juga untuk menjaga fundamen ekonomi nasional. Sebab, kondisi nilai tukar rupiah lebih banyak dipengaruhi mekanisme pasar.
“BI tidak segan mengintervensi dengan mengeluarkan dollar AS ke pasar valas atau membeli SBN di pasar sekunder ketika rupiah tertekan,” kata Perry.
Peduli
President & CEO GE Global Growth Organization Alex Dimitrief di Jakarta, kemarin, menuturkan, AS dan China adalah pemimpin ekonomi dunia. “Sebagai perusahaan multinasional -yang melakukan ekspor, merealisasikan pergerakan bebas barang, manusia, dan perdagangan- kami sangat peduli dengan perkembangan ketegangan antara AS dan China,” kata Alex, saat dimintai pandangan terkait perang dagang AS dan China.
Alex berharap, negosiasi melalui jalan yang konstruktif akan segera dilakukan pemerintah kedua negara itu untuk menyelesaikan perbedaan, menjaga pasar tetap bergairah, dan mendorong perdagangan bebas. GE meyakini, perdagangan bebas bermanfaat bagi banyak negara dan perusahaan.
“Kami menyambut setiap kompetisi yang bebas dan adil di seluruh dunia. Kami meyakini, kualitas jauh lebih penting dibandingkan asal produk dan jasa. Itulah mengapa kami percaya bahwa sistem perdagangan internasional yang terbuka dan adil bagi semua negara dan semua perusahaan adalah kebijakan paling baik,” katanya.