JAKARTA, KOMPAS--Permintaan ruang perkantoran di Jakarta mulai meningkat, yang didorong perusahaan berbasis teknologi digital. Namun, pasokan ruang perkantoran yang besar hingga 2020 membuat tingkat okupansi menjadi tidak signifikan.
Laporan triwulan I-2018, Colliers International Indonesia menyebutkan, hingga akhir 2018, permintaan ruang perkantoran di kawasan bisnis terpadu akan tumbuh 15 persen. “Meskipun permintaan pada 2018 diproyeksikan lebih tinggi dari 2017, akan tetapi pasokan juga sangat besar. Pasokan itu akan memengaruhi harga sewa perkantoran,” kata Senior Associate Director PT Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, Rabu (4/4/2018), di Jakarta.
Tahun ini, pasokan ruang perkantoran di kawasan bisnis terpadu diproyeksikan 700.000 meter persegi. Angka itu jauh di atas permintaan ruang perkantoran pada 2017 yang seluas 290.000 meter persegi. Kendati tahun ini permintaan diperkirakan lebih besar dari tahun lalu, namun kenaikannya tetap tidak seimbang dibandingkan dengan pasokan yang masuk ke pasar.
Rata-rata tingkat hunian diperkirakan tertekan pada angka 79,1 persen hingga akhir 2018.
Secara terpisah, Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia mencatat perkembangan positif pasar perkantoran pada triwulan 1-2018. Keterangan resmi JLL Indonesia menyebutkan, pertumbuhan pasar perkantoran terutama didorong sektor teknologi informasi, jasa, dan non-komoditas. “Selama triwulan I-2018, ruang perkantoran terserap 52.000 meter persegi di kawasan bisnis terpadu dan 12.000 meter persegi di luar kawasan bisnis terpadu,” kata Head of Markets JLL Indonesia Angela Wibawa.