JAKARTA, KOMPAS - Investasi Indonesia diproyeksikan meningkat setelah lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service menaikkan peringkat utang Indonesia di atas layak investasi. Meskipun begitu, Indonesia tetap perlu berhati-hati mengelola utang, terutama utang badan usaha milik negara.
Pada 13 April 2018, Moody’s menaikkan peringkat utang (SCR) Indonesia dari Baa3/outlook positif menjadi Baa2/outlook stabil. Dengan demikian, Indonesia sudah mendapat peringkat Baa2 atau BBB dari empat lembaga pemeringkat dunia sekaligus, yakni Fitch Rating per Desember 2017, JCRA per 12 Februari 2018, R&I per 7 maret 2018, dan Moody’s. Sementara, peringkat utang Indonesia dari Standard & Poor\'s (S&P) tercatat berada di level BBB-.
Dalam ukuran Moody’s, peringkat Baa2 berarti surat berharga yang diterbitkan pemerintah Indonesia berada dalam kategori risiko kredit moderat dan berada dalam medium grade.
Adapun proyeksi stabil menggambarkan posisi peringkat yang akan stabil dalam beberapa waktu ke depan sekaligus menunjukkan risiko yang berimbang. Beberapa negara yang memiliki peringkat sama dengan Indonesia antara lain adalah Spanyol, Kolombia, Uruguay, Filipina, Bulgaria, Italia, dan Panama.
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede, Minggu (15/4/2018), di Jakarta, mengatakan, kenaikan peringkat itu menunjukkan kebijakan fiskal dan moneter lebih kredibel dan efektif menjaga stabilitas ekonomi makro. Defisit fiskal dan utang yang terjaga baik, mengurangi risiko pembiayaan. Kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) dalam menjangkar inflasi dan stabilitas nilai tukar turut menjaga iklim investasi. ”Iklim investasi portofolio dan investasi langsung ke sektor riil diperkirakan akan semakin baik,” kata Josua.
Moody’s mengingatkan, kewajiban badan usaha milik negara (BUMN) diperkirakan meningkat seiring dengan program infrastruktur. Menurut Josua, untuk membatasi beban keuangan BUMN, pemerintah perlu mendorong proyek pembangunan infrastruktur melalui skema kerja sama pemerintah dan badan usaha serta skema pembiayaan investasi non-anggaran pemerintah (Pina).
Dalam Asia-Pacific Sector Insights: A Look Into The Corporate & Infrastructure Sector for Indonesia, lembaga pemeringkat (S&P) menyebutkan, utang dari empat perusahaan konstruksi besar milik negara pada 2017 melonjak 57 persen menjadi 11,3 miliar dollar AS.
Berhati-hati
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, kenaikan peringkat itu menunjukkan Moody’s mengapresiasi pengelolaan moneter dan fiskal Indonesia. Moneter dikelola dengan konsisten dan berhati-hati untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan stabilitas sistem keuangan.
Menurut Agus, Moody’s juga menilai BI tetap menjaga nilai tukar rupiah dengan fleksibel dan mencerminkan fundamental ekonomi. ”BI juga diyakini bisa mengurangi risiko eksternal,” kata Agus.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso mengatakan, perbaikan rating Moody’s menunjukkan kepercayaan terhadap stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah dinamika ekonomi global dan risiko geopolitik yang terjadi saat ini dan ke depan.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Kementerian Keuangan, Nufransa Wira Sakti, melalui siaran pers menyatakan, keputusan Moodys menaikkan peringkat investasi Indonesia menunjukkan bahwa reformasi struktural dan fiskal dinilai baik. Namun, pemerintah juga menyadari bahwa masih banyak tantangan yang harus diatasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan berkeadilan.
”Pemerintah telah dan terus melaukan langkah-langkah proaktif untuk mewujudkan hal tesebut melalui pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijakan fiskal yang kredibel dan efektif,” kata Nufransa.