Strategi Milenial dan Digital
Ada banyak strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat berasuransi, yang disesuaikan dengan karakterisik masyarakat. PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia memilih beberapa strategi, antara lain membidik generasi milenial. Perusahaan yang didirikan di Indonesia pada November 1995 itu juga menggunakan digital untuk meningkatkan penetrasi pasar.
Pada 2017, Prudential membukukan dana kelolaan Rp 73,4 triliun atau tumbuh 22,8 persen dalam setahun. Adapun klaim yang dibayarkan Rp 12,3 triliun atau tumbuh 24 persen dari 2016. Tahun ini, pertumbuhan kinerja ditargetkan setidaknya sama dengan pertumbuhan ekonomi RI.
Berikut ini perbincangan dengan Presiden Direktur Prudential Indonesia, Jens Reisch, di Prudential Centre, Jakarta, pekan lalu. Jens -yang 9 tahun tinggal di Indonesia, menyukai berbagai masakan Indonesia, dan menjaga kebugaran tubuh dengan lari- ini memaparkan kinerja Prudential Indonesia dengan bahasa Indonesia.
Milenial dan digital adalah bagian dari fokus strategi Prudential Indonesia. Bisa dijelaskan alasannya?
Prudential memiliki strategi menghubungkan dan meningkatkan penetrasi pasar, khususnya generasi milenial. Tapi, kami melihat milenial tidak berdasarkan usia. Yang penting, kami melihat karakteristik untuk nasabah dan jiwa muda mereka. Salah satu poin untuk industri asuransi, kadang kala terlalu kompleks dan panjang. Oleh karena itu, kami mencoba menggunakan media-media baru sebagai penghubung, misalnya video dan media sosial, sebagai alat untuk visualisasi. Tentu, kami masih menyediakan informasi melalui media umum. Akan tetapi, mau tidak mau, kami ingin produk kami terlihat lebih sederhana dan menarik. Model untuk mempromosikan diri melalui media klasik seperti papan iklan akan diubah menjadi melalui media sosial dan hal-hal lain yang terkait dengan generasi milenial.
Apa pertimbangan memilih milenial dan digital?
Mau tidak mau, saya yakin milenial ini sebagai sebagai target pasar yang akan datang di Indonesia. Kalau saya bicara dengan mitra bisnis di industri yang lain, sama juga. Akan tetapi, mungkin ada yang berbeda di industri asuransi, yakni yang tidak berwujud. Oleh karena itu, komunikasi atau manfaat harus disampaikan dengan cara menarik. Sekitar 20 tahun yang lalu, asuransi selalu dihubungkan dengan hal negatif atau tragedi. Namun, di masa yang akan datang, kita harus melihat hal yang positif. Polis asuransi jiwa untuk memenuhi perlindungan untuk pendidikan, kesehatan, dan perlindungan keluarga. Jika ada polis asuransi jiwa lalu terjadi sesuatu hal, mungkin ada klaim. Mudah-mudahan tidak ada klaim meninggal atau sakit kritis. Kalaupun ada, kami komunikasikan klaim yang paling cepat. Ini tantangan untuk industri asuransi.
Bagaimana Anda melihat kondisi perekonomian RI saat ini?
Pasti ada beberapa tantangan. Akan tetapi, fundamen dan potensi di Indonesia sangat positif. Meskipun, pasti ada dampak dari fenomena global terhadap Indonesia. Fenomena global ini misalnya dalam perdagangan. Di Indonesia, akan ada pemilihan umum sehingga akan ada ketidakpastian. Kita harus menjabarkan lebih detail untuk memastikan asuransi jiwa atau proteksi untuk keluarga merupakan hal yang penting. Saya lihat ada fenomena untuk melihat dan menunggu, serta ada hal-hal lain. Oleh karena itu, kami harus terus melanjutkan untuk mengembangkan dan menjelaskan produk kami. Saya masih positif melihat ini semua. Misalnya, soal kesadaran akan kesehatan yang tumbuh tinggi. Ini faktor yang penting untuk Indonesia. Berikutnya, fenomena investasi reguler dalam jangka waktu lebih panjang. Saat ini ada yang sudah berinvestasi, tetapi tidak reguler, misalnya menunggu bonus. Kita harus memberikan literasi, kalau investasi mesti reguler, sedikit pun tak masalah.
Saya lihat karakteristik generasi muda di Indonesia adalah menikmati hidup. Maunya gaya hidup lebih tinggi. Maka kita harus ada ekstra tanggung jawab untuk menjelaskan kepada generasi muda, bahwa gaya hidup penting, akan tetapi tidak lupa untuk mulai berinvestasi dan proteksi sejak muda. Saya sedikit takut kalau generasi muda hanya mengejar uang, gaya hidup, dan bepergian. Saya sedikit takut kalau nanti semua orang hanya minta gaya hidup dan bepergian. Hal yang paling penting adalah kesadaran, apa yang akan terjadi kalau nanti dana pendidikan anak tidak mencukupi. Kalau hanya satu sumber pendapatan, tetapi kalau tidak bisa kerja lagi, apa dampaknya? Mungkin tidak hanya perlu gaya hidup. Poinnya, Prudential ingin membantu mengelola gaya hidup. Gaya hidup penting, tapi ada tanggung jawab untuk menjaga kesadaran proteksi. Kalau kesadaran terlambat, dampaknya tidak baik, termasuk untuk negara.
Peluang industri asuransi di Indonesia masih besar. Apa yang bisa dilakukan Prudential untuk memanfaatkannya?
Kami sudah 22 tahun di Indonesia, memiliki tiga juta polis atau 2,3 juta nasabah. Sekarang di bulan Desember 2017 ada 19 juta asuransi jiwa individual di Indonesia. Penetrasi pasar masih rendah. Kita seharusnya memberikan literasi keuangan, khususnya produk asuransi jiwa. Proteksi saya yakin tidak ada di tempat-tempat lain. Soal investasi, mudah-mudahan tidak hanya satu kali, tetapi regular. Ini kriteria kami. Untuk satu industri, kami harus memperbaiki produk kami untuk memastikan pentingnya nilai asuransi bagi nasabah, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
Adapun produk syariah, kalau saya lihat, orang Indonesia suka produk syariah tetapi tidak tahu karakteristik detailnya. Ini juga satu poin penting. Saya yakin kalau seseorang percaya dengan konsep gotong-royong, tentu tertarik dengan produk syariah karena konsep berbagi risiko dan manfaatnya menarik. Di prudential, syariah untuk semua. Kami juga akan memperbaiki imej agar lebih modern dan inovatif. Untuk inovasi produk syariah, kami juga mengaktifkan semua kanal distribusi untuk menghubungan Prudential dengan masyarakat. Sekarang ada 227.000 agen di 160 kota. Ada juga mitra bank. Dan kami siapkan kanal alternatif yang baru agar lebih mudah terhubung dengan masyarakat.
Apa target tahun ini?
Kami akan menaikkan jumlah nasabah dan premi. Target kami, pertumbuhannya sebesar kenaikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Bagi Prudential, penting juga untuk menarik nasabah baru. Setiap nasabah harus diproteksi dengan baik. Mudah-mudahan kalau negara Indonesia tumbuh 5 persen, maka Prudential setidaknya tumbuh sebesar itu juga. Ukuran kami besar. Kalau kami bisa tumbuh sebesar pertumbuhan RI, bisa menarik generasi baru, misalnya milenial. Selain itu, lebih banyak yang menggunakan produk syariah juga lebih baik,
Indonesia adalah pasar yang menarik. Bagaimana kompetisi dengan yang lain?
Kompetisi aman. Yang paling penting, ini menantang. Kami sudah lama menjadi pemimpin pasar, kami tidak mau santai atau menerima saja. Yang paling penting, kultur di Prudential memberikan yang terbaik bagi nasabah. Misi di Prudential, kami adalah pemimpin pasar.
Level berikutnya, kami melanjutkan inovasi, kemudian menawarkan produk yang tepat dengan banyak pilihan kepada target nasabah kami. Kalau inovasi di jalan yang baik dan tepat, saya yakin tidak ada masalah. Kami lebih banyak memberikan manfaat. Saya yakin ada plus dan minusnya. Prudential membuat inovasi yang baik, mudah-mudahan semua bisa mengikuti, sehingga industri semakin baik.
Berdasarkan pengalaman Prudential, bagaimana iklim bisnis di Indonesia?
Semua investor tentu melihat potensi besar di Indonesia. Ada masyarakat dalam jumlah banyak, namun penetrasi asuransi masih rendah. Setiap industri ada tantangannya. Bagi industri asuransi jiwa, hal yang paling penting adalah stabilitas politik. Meskipun saya bisa bilang, setelah 1998, era baru ini luar biasa, transisinya berjalan baik. Namun, demokrasi berjalan baik. Saya yakin Pemilu akan berjalan aman dan lancar.
Kedua, infrastruktur untuk bisnis kami. Gerbang pembayaran, akses, transfer dana, akses kesehatan. Kalau banyak nasabah Prudential, rumah sakit akan dibangun di daerah itu. Ketiga, kemungkinan konektivitas akses jaringan komunikasi. Sekarang kami ada berbagai pilihan ponsel pintar yang harganya di bawah Rp 2 juta. Kami lihat banyak hal positif yang sudah dilakukan Otoritas Jasa Keuangan. Kami juga punya arah yang sama, yakni meningkatkan penetrasi pasar. Lebih banyak akses untuk orang Indonesia untuk mengakses asuransi jiwa agar bermanfaat.