JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah sentimen positif, termasuk kenaikan peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service, tak akan serta-merta meningkatkan arus investasi. Investor tetap menanti realisasi pertumbuhan ekonomi dalam negeri untuk menanamkan modal mereka di Tanah Air.
Pada perdagangan Selasa (17/4/2018), Indeks Harga Saham Bangunan ditutup pada level 6.285,76 turun 0,98 poin atau 0,016 persen. Padahal, pada hari sebelumnya, IHSG sempat menguat 16 poin atau 0,26 persen saat ditutup di level 6.286.
Akhir pekan lalu, Moody’s menaikkan peringkat utang Indonesia dari Baa3 dengan proyeksi positif menjadi Baa2 dengan proyeksi stabil. Artinya, surat berharga yang diterbitkan Pemerintah Indonesia memiliki kategori risiko kredit moderat dan berada dalam medium grade.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Christine Natasya, menilai kenaikan peringkat itu tidak secara otomatis menuntun persepsi investor untuk membanjiri arus investasi dalm negeri. Perbaikan peringkat utang oleh Moody’s juga tidak secara langsung mendongkrak harga saham dalam negeri.
”Investor sedang menanti realisasi target pertumbuhan ekonomi hingga 5,4 persen yang dicanangkan pemerintah tahun ini sembari mencari saham dengan prospek baik di masa mendatang,” ujar Natasya.
Perbaikan peringkat utang Indonesia, katanya, bukan hal yang mengejutkan karena sebelumnya sudah terprediksi dari perbaikan fundamental ekonomi dalam negeri sejak akhir tahun lalu. Selain Moody’s, sejak akhir tahun lalu tiga lembaga pemeringkat, yani Fitch Rating, JCRA, dan R&I, sudah memberikan peringkat Baa2 atau BBB kepada Indonesia.
Hal tersebut terjadi akibat fundamen dan stabilitas ekonomi makro dengan ditopang oleh kebijakan fiskal dan moneter yang baik. Moody’s meyakini Indonesia punya daya tahan menghadapi kemungkinan gejolak akibat faktor global.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, meski tidak signifikan, peningkatan peringkat dari Moody\'s Investors Service turut mengerek IHSG. Namun, sentimen global tetap punya pengaruh kuat dalam mengendalikan pergerakan IHSG.
”Saat ini pasar masih cemas dengan isu geopolitik di Timur Tengah sambil menanti realisasi Pemerintah Amerika Serikat untuk menarik pasukan dari Suriah,” ujarnya.
Hans menilai IHSG tetap punya peluang untuk menguat dengan syarat pasar tetap mewaspadai berbagai sentimen eksternal. Salah satu yang harus diwaspadai adalah konflik Suriah yang berpotensi membuat harga minyak mentah dunia melonjak hingga melebihi asumsi dalam APBN.
Kepala Divisi Komunikasi Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Oskar Herliansyah berharap peningkatan peringkat utang Indonesia berdampak modal asing bisa kembali masuk ke Indonesia. Pihaknya optimistis peningkatan peringkat berdampak tren positif bagi perekonomian domestik dan kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia.
”Naiknya level peringkat utang Indonesia diharapkan memberikan tren positif kepada pasar modal RI ataupun perekonomian domestik,” kata Oskar.
Kenaikan rating tersebut, kata Oskar, menunjukkan peningkatan kepercayaan Moody’s bahwa ketahanan dan kapasitas Indonesia meningkat. Hal ini diyakininya berdampak positif terhadap IHSG dan mendorong investor untuk membeli saham-saham emiten dengan kapitalisasi pasar besar.
Rata-rata nilai transaksi harian saham di BEI pekan lalu mengalami peningkatan 16,55 persen dari Rp 5,92 triliun menjadi Rp 6,9 triliun. Sementara rata-rata volume transaksi harian saham di BEI pekan lalu juga alami peningkatan 12,89 persen dari 8,22 miliar unit saham menjadi 9,28 miliar unit saham.