JAKARTA, KOMPAS - PT Pertamina (Persero) memverifikasi ulang lokasi terdampak pencemaran minyak di sekitar Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Verifikasi ini untuk memastikan bahwa lokasi tersebut telah bebas dari bahan berbahaya dan beracun. Sementara rencana pengangkatan pipa minyak di dasar laut yang putus belum bisa dipastikan.
Hingga Selasa (17/4/2018), dari verifikasi terhadap 13 kelurahan di Balikpapan, delapan kelurahan dinyatakan bersih dari tumpahan minyak mentah. Adapun di Kabupaten Penajam Paser Utara, baru tiga kelurahan yang diverifikasi telah bebas dari sisa ceceran minyak mentah. Masih tersisa 17 kelurahan yang perlu terus dipantau upaya pembersihannya.
”Uji baku mutu air juga dilakukan untuk mengetahui apakah air di kawasan itu bebas dari bahan pencemar berbahaya,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito, Rabu kemarin, di Jakarta.
Direktur Pengolahan Pertamina Toharso mengatakan, tak mudah mengangkat pipa minyak milik Pertamina yang putus. Faktor cuaca sangat berpengaruh dalam proses mengangkat pipa minyak yang patah tersebut. Pipa minyak itu berdiameter 20 inci atau sekitar 50 sentimeter.
”Kepolisian juga sudah menjelaskan bahwa perlu waktu untuk mengangkat pipa ke permukaan,” kata Toharso seusai menghadiri rapat di Komisi VII DPR, Senin lalu, di Jakarta.
Seperti diberitakan sebelumnya, Sabtu (31/3), pipa minyak Pertamina yang putus di Teluk Balikpapan berdiameter 20 inci. Ketebalan pipa minyak yang putus itu 12,7 milimeter. Dipastikan bahwa kondisi pipa saat terputus dalam kondisi yang sangat baik dan telah melalui pemeriksaan pada 10 Desember 2017.
Terputusnya pipa tersebut menyebabkan sekitar 40.000 barrel minyak mentah tumpah di Teluk Balikpapan. Pipa terpasang di dasar laut di kedalaman 20 meter dari permukaan laut.
Pengangkatan terkendala
Dari Balikpapan, Kalimantan Timur, dilaporkan, pengangkatan patahan pipa minyak mentah milik Pertamina di perairan Teluk Balikpapan belum juga bisa dilakukan hingga kemarin. Hal itu karena ada beberapa kendala, yakni arus laut yang kuat dan lapisan pelindung pipa yang keras hingga penyetelan alat potong yang memerlukan waktu.
”Hari (Rabu) ini, masih dicoba pemotongan pipa. Ada tiga titik yang dipotong. Setelah selesai dipotong, barulah pipa bisa diangkat dari dasar laut. Semoga besok (Kamis) bisa,” kata Komisaris Besar Yustan Alpiani, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Kaltim.
Aktivitas pada Rabu kemarin yang seluruhnya di dasar laut antara lain memotong pipa di titik potong 2, melanjutkan penggalian di area titik potong 3, dan jika selesai dilanjutkan dengan pemotongan dan mengupas beton.
Kendala-kendala yang dihadapi, menurut Yustan, yakni pertama adalah faktor arus bawah yang kuat sehingga kegiatan penyelaman sering dihentikan. Waktu efektif penyelaman pun rendah.
Kendala kedua adalah kerasnya lapisan pelindung pipa yang membuat proses pemotongan dan pengupasan memerlukan waktu sangat lama. Satu lokasi titik potong bisa memerlukan waktu lebih dari sehari. Pipa minyak ini terbuat dari baja, berdiameter 20 inci dan ketebalannya sekitar 12,7 mm. Kendala ketiga adalah penyetelan alat potong juga memerlukan waktu yang relatif lama karena harus presisi.
Area Manager Communication and Relation Pertamina Kalimantan Alicia Irzanova mengatakan, tahapan sebelum pengangkatan memang banyak, antara lain penghitungan pipa di area lain yang mungkin tertarik dan juga cara pengangkatannya.