JAKARTA, KOMPAS – Rasio kredit bermasalah atau non performing loan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk pada Maret 2018 turun dari Maret 2017, dari 3,34 persen menjadi 2,78 persen. Penurunan terbesar disumbangkan oleh segmen kredit pemilikan rumah subdsidi.
Direktur PT Bank Tabungan Negara (BTN) (Persero) Tbk Nikson L Napitupulu di Jakarta, Kamis (19/4/2018), mengatakan, penurunan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada triwulan pertama 2018 belum terjadi pada segmen kredit pemilikan rumah (KPR) nonsubsidi. Beberapa strategi akan ditempuh untuk meningkatkan kemampuan kredit nasabah.
Adapun langkah tersebut meliputi, peluncuran situs rumahmurah.com. “Setelah kami luncurkan, jumlah pengaksesnya mencapai 8.000 orang, dari situ kami berharap penjualan rumah akan naik,” kata Nikson dalam paparan kinerja BTN Triwulan Pertama 2018. Dalam acara tersebut, hadir pula Direktur Utama BTN Maryono dan para direktur lainnya.
Nikson menambahkan, langkah lain yang akan ditempuh adalah memperbaiki kemampuan nasabah KPR nonsubsidi yang masih memiliki pendapatan dari pekerjaannya, waktu kredit pun akan diperpanjang. Selain itu, mekanisme pemberian bunga setelah masa promosi tidak langsung dilanjut pada bunga rutin, melainkan mekanisme lain yang membuat kredit lebih ringan.
“Kami juga melihat bahwa yang paling banyak bermasalah adalah wiraswasta, kami akan coba seleksi dengan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,” ujar Nikson.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, pada triwulan pertama 2018, BTN membukukan kenaikan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 23,54 persen dibandingkan triwulan pertama 2017, yaitu dari Rp 157,41 triliun menjadi Rp 194,48 triliun.
Pertumbuhan terbesar berasal dari kenaikan tabungan yang tumbuh sebesar 43,35 persen dari Maret 2017, yaitu dari Rp 30,74 triliun menjadi Rp 44,06 triliun. Begitu juga penghimpunan giro yang tumbuh 22,55 persen dibandingkan triwulan pertama 2017 serta deposito yang tumbuh 16,87 persen dibandingkan triwulan pertama 2017.
Kenaikan DPK meningkatkan optimisme BTN dalam mencatatkan pertumbuhan kredit dan pembiayaan sesuai target 2018, yaitu lebih dari 20 persen. Menurut Maryono, kenaikan DPK tersebut berada di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Februari 2018, DPK industri perbankan nasional tumbuh sebesar 8,4 persen.
Selain itu, pertumbuhan kredit BTN juga naik sebesar 19,34 persen dari triwulan pertama 2017, yaitu dari Rp 169,68 triliun menjadi Rp 202,5 triliun.
Dalam bidang pembiayaan, kredit perumahan menyumbang porsi terbesar, yaitu 91,09 persen dari total kredit. Pada triwulan pertama 2018, kredit perumahan naik 20,32 persen dari triwulan pertama 2017, yaitu dari Rp 153,31 triliun menjadi Rp 184 triliun. Adapun kredit nonperumahan, naik 10,17 persen dari Rp 16,37 triliun pada triwulan pertama 2017 menjadi Rp 18,03 triliun pada triwulan pertama 2018. (DD01)