Kasus Balikpapan Ikut Jadi Penyebab Pencopotan Direksi Pertamina
Oleh
·3 menit baca
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik dan empat direksi lainnya diganti. Ada sejumlah faktor yang melatarberlakangi pergantian ini, termasuk putusnya pipa minyak di Teluk Balikpapan.
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Badan Usaha Milik Negara mencopot Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik beserta empat direksi lainnya, Jumat (20/4/2018). Massa baru memimpin perusahaan ini sejak Maret 2017 atau hanya 13 bulan saja.
Ada banyak faktor yang digunakan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengganti jajaran direksi Pertamina. Dalam keterangan resmi Kementerian BUMN, Dewan Komisaris Pertamina telah menyampaikan pandangannya mengenai kondisi perusahaan terkini, termasuk kejadian putusnya pipa minyak di Balikpapan, Kalimantan Timur, megaproyek kilang minyak, serta kondisi keuangan perusahaan.
Berdasar pandangan tersebut, Dewan Komisaris sepakat mengganti jajaran direksi, termasuk jabatan Direktur Utama. Nicke Widyawati selaku Direktur Sumber Daya Manusia Pertamina merangkap Pelaksana Tugas Direktur Utama Pertamina.
”Sebagai BUMN, tugas Pertamina bukan hanya mencari keuntungan, tetapi yang utama adalah menyediakan kebutuhan dan pelayanan masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke secara adil,” kata Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media pada Kementerian BUMN Harry Fajar Sampurno.
Fajar menjelaskan, pemberhentian dirut dan direksi Pertamina dilakukan sebagai upaya untuk melakukan penguatan dalam pembentukan perusahaan induk di sektor minyak dan gas bumi. Selain itu, memang ada sejumlah masukan atau laporan dari komisaris terkait kinerja Pertamina.
Sejumlah masukan itu antara lain, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), seperti premium, kejadian di Balikpapan, kenaikan harga Pertalite, dan masalah komunikasi. ”Proses kilang minyak juga belum maju,” katanya.
Wakil Ketua Komisi VII DPR dari Partai Golkar Eni Maulani Saragih mengatakan, jabatan Direktur Utama Pertamina sebaiknya diserahkan kepada orang yang benar-benar paham bisnis minyak dan gas bumi mulai dari hulu sampai hilir. Apalagi, Pertamina punya pekerjaan besar megaproyek pembangunan kilang baru dan peningkatan kapasitas kilang-kilang lama. Selain itu, tugas berat lainnya adalah menyukseskan program bahan bakar minyak satu harga.
”Sebaiknya, jabatan direktur utama jangan untuk percobaan, tetapi harus diisi oleh orang yang benar-benar paham bisnis migas mulai dari hulu sampai hilir. Sebab, bisnis ini adalah bisnis besar yang berpengaruh langsung pada hajat hidup orang banyak,” ujar Eni.
Pengajar pada Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi pada Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, berpendapat bahwa pergantian jajaran direksi Pertamina adalah wewenang penuh pemerintah selaku pemegang saham. Sepanjang berdasarkan evaluasi yang jelas, pemerintah dapat melakukan pergantian direksi.
Rekam jejak
Hanya saja, direksi yang baru harus lebih baik ketimbang direksi yang lama. ”Agar jajaran direksi tidak mudah berganti, sebaiknya pemilihan direksi berdasar pertimbangan matang, kriteria rekam jejak, latar belakang, dan profesionalisme. Tidak bagus juga untuk keberlangsungan dan keberlanjutan program yang disusun (terkait seringnya pergantian direksi), meskipun Pertamina memiliki sistem yang mapan,” ucap Pri Agung.
Putusnya pipa transfer minyak mentah ke kilang Balikpapan di Teluk Balikpapan, pada akhir Maret lalu menyebabkan tumpahan minyak sebanyak 40.000 barrel, pencemaran lingkungan, dan korban meninggal lima orang. Hingga kini, proses pemulihan lingkungan dan pengangkatan pipa yang putus masih berlangsung.
Sementara itu, potongan pipa kedua milik Pertamina yang patah di dasar Teluk Balikpapan, diangkat pada Jumat. Potongan pipa baja sepanjang 18 meter dan seberat 9 ton ini membengkok hingga menyerupai huruf L. Potongan ketiga urung diangkat, karena pisau pemotong putus.
Potongan ketiga yang rencananya diangkat Jumat sore, urung dilakukan. Pisau khusus pemotong baja patah. “Lapisan baja pipa, sangat keras. Pisau yang khusus memotong besi, bisa patah. Ini pisau pemotong baja, pun, bisa juga patah,” ujar Yudi Nugraha, Manager Region Communication and CSR Pertamina Kalimantan.